Rabu, 23 Desember 2020

Membangun Karakter Anak Dengan Hewan Peliharaan

Kisah Rabu Seru

Oleh: Nurhalita Diny



"Mi, beli itu kita pelihara!" Pinta Zaid sambil menunjuk hamster kepada Umi nya
"Ya, nanti ya sekarang kita lihat-lihat saja dulu" Jawab Umi, yang sebenarnya ingin juga memelihara hewan kecil lucu ini tapi banyak sekali "excuse" nya, khawatir gak bisa merawatnyalah, khawatir mati, khawatir bosenan, khawatir menyita waktu dll.

Besoknya begitu juga pinta Zaid ketika melihat hewan lucu ini di pasar malam. Kebetulan kita kenal dengan penjualnya, melihat hamster-hamster yang lucu itu sambil tanya-tanya sama penjualnya bagaimana merawatnya. 

Dan akhirnya Umi membeli hewan imut dan lucu ini, dua ekor dibawa ke rumah. Mintanya si jantan betina tapi sepertinya penjualnya tidak terlalu paham mana yang jantan mana yang betina. Alhasil dirumah mereka berantem terus. 

Dari memelihara hewan imut ini mau tidak mau kami banyak membaca literasi tentang kehidupan mereka dan bagaimana merawatnya. Menambah wawasan keluarga kami tentang hewan. Tidak berselang lama hamster yang kita pelihara beranak pinak banyak sekali, sudah tiga kandang besar kita miliki. Hingga ada 20an hamster hasil perkembangbiakan. 

Zaid waktu itu berusia empat tahun, namun dengan memelihara hamster-hamster ini Zaid belajar menyayangi binatang dan bertanggung jawab akan kehidupan mereka. Meskipun karena belum terlalu mengerti jadinya tetap kami sebagai orang tua yang lebih banyak ikut andil merawat binatang-binatang peliharaan ini. 

Hingga suatu waktu hamster kesayangannya mesti mati, karena insiden yang sangat menyedihkan. Namun begitulah kematian, semua makhluk hidup mati dan kita tidak tahu kapan takdir itu datang. Begitupun hamster kesayangan Zaid yang secara tidak sengaja terinjak setelah dimandikan. Dari kejadian ini tentunya membuat kami juga shock, terutama Zaid menangis sedih sekali. Hamster kesayangannya ini jinak, dia senang dibawa main dan dielus, tidak menggigit. Sedangkan yang lain suka menggigit kalau kita pegang sehingga sangat merepotkan kita semua ketika memberi makan. Karena jenis yang dipelihara ada cambel, jenis hamster aktif dan agresif.

Karena hamster ini jenis binatang yang beranak pinak seperti tikus, mudah berkembang biak. Walhasil kami kerepotan memeliharanya karena sudah kebanyakan. Alhamdulillah sebagian kita jual dan sebagian lagi kita donasikan. Dan tidak ada lagi hewan peliharaan dirumah kecuali ikan hias di akuarium dan di kolam. Tidak ada hamster satupun dirumah. 

Sampai suatu saat kami ingin sekali memelihara kucing, tapi tetap banyak kekhawatiran kalau kita benar-benar memeliharanya. khawati membersihkan kandang dan kotorannya, khawatir kucingnya menggigit atau mencakar, khawatir mencuri makanan dll. Akhirnya untuk sementara kami rutin memberi makan mereka semua kucing-kucing yang datang ke rumah. Ada seekor kucing yang setiap pagi kami membuka pintu dia sudah menunggu di depan pintu mengeong seakan meminta makanan dari kita. 

Siang itu menurut cerita Zaid, dia sedang main dan ketika pulang seekor anak kucing kurus kecil mengikutinya. Zaid merasa kasian maka diajaknya pulang ke rumah. Entah kenapa Abinya menyambut kucing tersebut dengan baik kemudian memandikan dan memberinya makan. Dihari-hari pertama kucing ini ternyata sakit diare,,, sangat merepotkan kita semua karena dia pub dimana saja. Rasanya saya mau marah karena karena hal ini karena mau tidak mau kita tetap harus membersihkan kotoran tersebut. Subhanallah benar-benar menguji kesabaran. Tapi melihat perjuangan Zaid yang begitu menyayangi kucing kecil ini, akhirnya saya harus pasrah menerimanya dengan setengah hati dan membuat perjanjian dengan Zaid dan kakak-kakaknya dirumah. Aturan-aturan itu kami buat bersama, karena saya sendiri merasa tidak nyaman dengan bulu-bulu kucing dan timbul khawatir dicakar oleh kucing. Namun saya pun akhirnya mencoba menerima keinginan anak-anak memelihara kucing ini. 

Alhamdulillah seiring jalannya waktu, kucing semakin besar dan tumbuh. Zaid sangat menyayanginya dan kucing ini adalah hewan peliharaan yang senang dan butuh kasih sayang. Kadang-kadang mereka mengeong bukannya lapar namun hanya butuh perhatian dan kasih sayang kita. Kucing pun berbakti dengan menjaga rumah dari kecoa dan tikus. Setiap ada binatang ini dikejarnya dan membuat kitapun menjadi senang. 

Dengan adanya kucing peliharaan dirumah, Zaid menjadi anak yang lebih lembut dan penuh kasih sayang, dia menyadari bahwa mahluk hidup butuh kasih sayang satu sama lain untuk bisa terus hidup. Dan mereka saling membutuhkan. 

Dibawah ini saya ambil dari beberapa sumber manfaat memelihara hewan peliharaan bagi anak-anak kita:

1. Meningkatkan percaya diri anak, 
Menurut American Academy of Child and Adoloscent Psychiatry (AACAP) ternyata dengan memelihara hewan ini membuat anak lebih percaya diri karena anak menemui makhluk lain yang bergantung hidup padanya, makan, minum, kebersihan, kasih sayang dll. Membuat anak merasa mantap bahwa kehadirannya sangat dibutuhkan bagi hewan peliharaannya. 

2. Meningkatkan rasa empati
Perasaan kasih sayang kepada hewan meningkatkan rasa empati anak. Dengan memelihara hewan anak akan melihat dan mempelajari kondisi hewan peliharaannya, apa kebutuhannya dan perasaannya, dia berusaha agar hewan peliharaannya selalu sehat dan bahagia. Sehingga dapat saling membahagiakan mereka berdua, anak dan hewan peliharaannya. Kadang kala setiap pagi kucing Zaid ketika dibuka pintu langsung masuk kamar Zaid dan membangunkannya. Dan Zaid pun ketika kita bilang, kucingnya sudah bangun dan mendekatinya, dia lekas lebih semangat bangun tidur dan menjalani hari itu. 

Menurut Gail, dikutip dari Huffington Post "Lebih dari itu, empati adalah satu keterampilan yang dapat diajarkan dan keterampilan yang sering kurang dimiliki oleh para pelaku bullying," 

3. Meningkatkan motorik anak
Dengan adanya hewan peliharaan membuat anak lebih aktif bergerak. Memberi makan, minum, membersihkan kandang atau kotorannya, memandikannya, merawatnya dan juga mengajaknya bermain. Sehingga anak banyak bergerak dan menjadi lebih sehat. Studi dari University of London mengatakan, tingkat aktivitas fisik anak dengan hewan peliharaan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki hewan peliharaan.

4. Meningkatkan imun tubuh anak
Menurut penelitian dari University of Warwick bersama perusahaan obat Novartis Animal Health menunjukkan, anak yang tumbuh di rumah dengan hewan peliharaan cenderung memiliki sistem imum yang lebih baik. Tidak hanya itu, kemungkinannya terhadap perkembangan alergi dan asma pun kian menurun. Menariknya lagi anak yang memiliki peliharaan lebih mampu menangkal infeksi seperti pilek, flu, infeksi telinga selama tahun pertama kehidupan mereka dibandingkan dengan anak-anak tanpa hewan peliharaan.

Ada lagi nih studi di 2012 yang dilakukan American Academy of Pediatrics dan menemukan bahwa anak-anak yang memiliki kontak dengan kucing dan anjing umumnya lebih sehat. Anak-anak ini disebut mengalami lebih sedikit infeksi pernapasan dan infeksi telinga daripada anak-anak yang tidak memiliki hewan peliharaan. Demikian dikutip dari She Knows.

5. Meningkatkan tanggung jawab 
Anak anak yang memelihara hewan peliharaan mau tidak mau harus menjaga mereka agar tetap sehat dan aktif. Hal utama yaitu dengan rutin memberi makan minum, membersihkan hewan peliharaannya dan memberikan kasih sayang dengan mengajaknya bermain bersama. Dengan keadaan ini anak belajar bertanggung jawab memiliki makhluk yang bergantung kepadanya. 

6. Meningkatkan kecerdasan emosional anak
Ketika anak memiliki hewan peliharaan, anak akan sering berinteraksi bersamanya. Hal ini akan membuat anak memahami kebutuhan dan perasaan hewan peliharaannya. Sehingga membuatnya belajar bagaimana bersosialisasi dengan makhluk hidup terutama hewan peliharaannya agar mereka dapat bisa saling bersama dan bahagia. Dengan hewan peliharaannya ini anak akan sering mengajaknya berbicara sehingga semua rasa dan keinginan anak tersampaikan meskipun hanya dengan ucapan. 

7. Meningkatkan wawasan dan motivasi belajar 
Dengan memiliki hewan peliharaan anak-anak akan berusaha menggali informasi lebih banyak tentang hewan peliharaannya agar sehat dan terawat dengan baik. Sehingga hal ini akan membuat anak lebih termotivasi belajar. 

Inilah hal-hal yang bermanfaat bagi anak yang memiliki hewan peliharaan. Suri tauladan kita Rosulullah SAW pun memiliki hewan peliharaan, kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, di kala Nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri Mueeza dari jubahnya.

Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali. Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang Nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.

Rosulullah SAW pun banyak memiliki hewan peliharaan kuda, kedelai dan unta. Salah satu unta tunggangan Rosulullah SAW adalah yang bernama Al-Qashwa. Bila Rosulullah SAW saja memiliki hewan peliharaan maka setidaknya kita mengasihi hewan-hewan yang datang ke rumah kita. Karena begitulah Rosulullah SAW mengajarkan bahwa kita harus menyayangi binatang. Wallahualam bishawab


Sumber
Al Quran
Al Hadist
https://www.haibunda.com/
https://www.halodoc.com/
https://sofyanhotel.com/



Senin, 21 Desember 2020

My Exramild jurnal

 Akhirnya untuk project passion di Hexagone City  CH kita kan event nya webinar dan passionate award. Unt pekan ini kita semua akan komit tetap maju dengan pp ini  meskipun masih menunggu hasil keputusan gubernur bank Hexa dan tim city leader perihal bagaimana sop peserta, HTM, publikasi, keuangan dll 

Maka terkait sop dan alur ini kami harus siap siaga seandainya keputusan itu keluar kita harus segera eksekusi agar bisa menghadirkan 


Rabu, 16 Desember 2020

Seekor Serigala Akan Memiliki Anak Serigala

 Kisah Rabu Seru

Oleh: Nurhalita Diny

https://www.kiblat.net

Saya menemukan judul diatas dari ucapan seorang pahlawan Islam Turki pada film serial kebangkitan Islam berjudul "Dirilis Ertugrul". Film serial ini masih saya tonton sampai saat ini karena serialnya yang sangat panjang. Meskipun serialnya hingga 150 episod namun sangat menginspirasi. Alasannya bagi saya salah satunya adalah karena film ini bukan film fiksi semata tapi diangkat dari kisah nyata kebangkitan Islam di Turki pendiri kesultanan Ustmaniyah, Ertugrul. Merupakan leluhur Muhammad Al Fatih penakluk Konstantinopel (sekarang, Istanbul;Turki). Muhammad Al Fatih (Sultan Mehmed) adalah dari garis keturuan Osman anaknya Ertugrul. Film ini sangat rekomended buat kita para orang tua yang merindukan hadirnya kebangkitan Islam, semangat peran kita sebagai orang tua dalam menciptakan generasi-generasi Robbani yang bisa membawa kita ke surgaNya. Tontonan yang bagus untuk anak laki-laki karena disana ada kisah heroik ksatria-ksatria Ertugrul dalam menegakan kebenaran keadilan dan menumpas pengkhianatan. Kisah nyata yang bisa ditiru anak-anak kita kelak. Bukan kisah fiksi superhero seperti batman, superman dll yang merupakan khayalan semata pada anak-anak kita. Dan bagaimana peran seorang perempuan yang bangga ketika hamil karena berharap dapat melahirkan keturunan-keturuan terbaik seorang kesatria penegak kebenaran dan keadilan. Bukan seorang perempuan yang galau ketika hamil karena ketakutan akan ketidakmampuannya mendidik anak-anak mereka. (Allah, sekarang saya jadi terbayang bagaimana kondisi Ibu-ibu Palestina yang saat ini kondisi mereka sama dengan di film ini, begitu pentingnya kehamilan, kelahiran dan kehadiran seorang pejuang Palestina yang dapat membebaskan Al Aqso dari Kaum Yahudi)

Didalam satu serialnya saat itu Ertugrul berkata kepada ibunya "seekor serigala akan memiliki anak serigala". Hingga saat ini ucapan itu terus mengiang ditelinga dan menohok dalam hati, terbayang akan peran saya dan kita semua sebagai orang tua bagi anak-anak kita. Bahwa anak-anak kita adalah seperti pepatah orang bijak, "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", mereka adalah hasil cetakan diri kita sendiri sebagai orang tua, maka ketika kita marah dengan tingkah laku mereka ternyata bisa jadi adalah perilaku kita sendiri di masanya atau mungkin masa kita saat ini yang masih saja sangat jauh dari akhlak Rasulullah SAW. Dan kita menuntut kebaikan akhlak dan kecemerlangan pikiran itu hadir dari anak-anak kita sedangkan kita sendiri tidak merubah diri kita menjadi lebih baik dengan istiqomah. Meskipun hanya sedikitpun kita menjadi lebih baik hanya dikala ada maunya saja, kita menjadi lebih baik ketika kita teringat kepada Allah. Bukan kebaikan sedikitpun namun istiqomah melakukannya kapanpun, bagaimanapun kondisi kita, dan dimanapun kita berada. Masih sangat jauh kita dari keistiqomahan kebaikan tersebut.

Sayapun teringat kisah seorang Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang paling adil dizamannya. Hingga beliau dijuluki khalifah yang ke enam karena keadilan dan kesejahteraan yang terwujud dari kepemimpinan beliau. Leluhur dari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz adalah seorang ibu penjual susu yang jujur, tidak mau susunya dicampur dengan air. Al kisah ketika suatu malam Khalifah Umar Bin Khatab berkeliling ke rumah-rumah guna menyelidiki keadaan rakyatnya tanpa sepengetahuan mereka. Beliau menemukan disalah satu rumah suara seorang gadis sedang menolak perintah ibunya yang ingin mencampurkan susu yang dijualnya dengan air. Gadis tersebut mengingatkan ibunya dengan pesan Khalifah Umar Bin Khatab agar selalu jujur dalam segala hal meskipun kondisi mereka sangat miskin. Mendengar hal itu Umar sangat bersedih dan memerintahkan pegawainya memanggil Ibu dan gadis tersebut esok harinya untuk menghadap beliau. Dan Umar meminta salah satu anaknya untuk menikahi gadis jujur tersebut. Salah satu anaknya yang bernama Ashim menikah dengan gadis penjual susu ini yang bernama Fatimah. Khalifah sangat menyayangi mereka berdua dan dari keturunan mereka berdualah hadir seorang bayi perempuan cantik bernama Laila. Ketika dewasa, Laila menikah dengan Abdul Aziz. Dari keturunan Laila dan Abdul Aziz inilah lahir Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

MasyaAllah dari semua kisah ini ternyata untuk menghadirkan satu orang anak pemimpin peradaban begitu panjang rantainya. Tidak semata hadir begitu saja. Sebagaimana kita ketahui bahwa Muhammad Al Fatih adalah bukan keturunan langsung Ertugrul, dan dari sebelumnnya pun leluhur mereka adalah orang-orang yang ingin mewujudkan hadist Rosulullah yaitu "Dalam sabdanya, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan kabar gembira kepada  para sahabatnya, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad)

Dalam riwayat lain, salah seorang sahabat Nabi, Abu Qubail bercerita, “Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya, ‘Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Roma?’ Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Lalu ia berkata, ‘Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya:

 أي المدينتين تفتح أولا : أقسطنطينية أو رومية ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مدينة هرقل تفتح أولا . يعني : قسطنطينية

Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Roma?’ Rasul menjawab, ‘Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.’ Yaitu: Konstantinopel’.” (HR. Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim)

Dan peran kita sebagai orang tua adalah sangat penting untuk dapat mencetak mereka anak-anak yang akan menjadi pemeran peradaban kelak setelah kita tiada. Apakah mereka akan jadi penerus perjuangan Rosulullah SAW atau kah sebagai pecundang... (Naudzubillah). jangan sampai karena kesalahan kita sebagai orang tua mencontohkan perangai yang buruk menjadi andil kita membentuk keburukan akhlak mereka sehingga mereka menjadi perusak di muka bumi ini. Karena kehidupan kita sebagai orang tua bukanlah hanya saat kita hidup namun dengan menjadi suri teladan akhlak yang baik kepada anak-anak kita akan menjadi investasi akhirat kelak orang tuanya yang tidak akan putus selamanya meski kita sudah tiada. Menjadi amal soleh yang akan terus mengalir menerangi cahaya kubur dan peringan langkah kita melangkah di jembatan siratal mustaqim. 

Wallahu alam bishawab

Semoga Allah senantiasa menolong kita. 


Sumber

Al Quran

Al Hadist

https://www.turkishserialislam.id/category/dirilis-ertugrul/dirilis-ertugrul-season-5/

Sirah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Sirah Muhammad Al Fatih

Novel Ghazi; Felix siaw 

Minggu, 13 Desember 2020

Xtramiles

Bismillah semoga tim tetap kompak, dan bisa mewujudkan event seru ini.... dan juga sudah melakukan picht day dan mendapatkan feedback yg baik dan antusias. Semoga kazoku sukses 😍


 




Rabu, 02 Desember 2020

Gaya Belajar Password Kesuksesan Belajar

 Kisah Rabu Seru

Gaya Belajar Password kesuksesan belajar

 Oleh: Nurhalita Diny

Pernahkah kita sebagai ibu merasa anak kita menjadi malas sekali untuk belajar?  Hal ini saya rasakan ketika Fashal harus menyetorkan hapalan surat  Al-Muthafifin  pada saya. Tidak ada kemajuan berarti setiap harinya. Dia merasa sangat tidak suka ketika waktu penyetoran hapalan itu tiba. Waktunya saya rangcang setiap bada maghrib. Fashal sangat gelisah dan berharap bisa melewati waktu itu setiap harinya. Tentu harapan saya sebagai ibu melambung, ingin anaknya bisa hapal  dan bisa ikut wisuda haflah al-Quran (juz’ama) bersama dengan teman-temannya. Dan keadaan ini bisa jadi membuat Fashal lebih tertekan. Sebagai seorang ibu saya mencoba merenunginya. Lalu sekarang timbul pertanyaan-pertanyaan:” Bagaimana caranya agar Fashal bisa lebih mudah menghapal Al-Quran? Apakah metode saya  salah ketika mengajarkannya? Akhirnya saya mencoba mengevaluasi hal ini.

Hikmah itu menghampiri saya, ketika mendapatkan ilmu tentang gaya belajar anak di kelas bunda sayang IIP. Dan ternyata disinilah jawabannya untuk kasus Fashal anak saya. Ini tentang gaya belajar kita semua. Terutama kita seba gai ibu ketika mengajarkan anak tentu akan lebih efisien dan hasilnya lebih efektif.

Berikut ini adalah ciri-ciri perilaku dan ungkapan-ungkapan yang menunjukkan kecenderungan belajar seseorang (DePorter & Hernacki, dalam Mangunsong & Indianti, 2006). Berikut ini adalah ciri-ciri perilaku dan ungkapan-ungkapan yang menunjukkan kecenderungan belajar seseorang (DePorter & Hernacki, dalam Mangunsong & Indianti, 2006).

Orang-orang Visual, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Rapi dan teratur
  • Berbicara dengan cepat
  • Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
  • Teliti terhadap detail
  • Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi
  • Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalm pikiran mereka
  • Mengingat apa yang dilihat ketimbang yang didengar
  • Mengingat dengan asosiasi visual
  • Biasanya tidak terganggu oleh keributan
  • Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang lain untuk mengulanginya.
  • Pembaca cepat dan tekun
  • Lebih suka membaca daripada dibacakan
  • Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek
  • Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat
  • Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak
  • Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato, lebih suka seni rupa daripada musik
  • Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata
  • Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memerhatikan sesuatu yang menarik


Orang-orang Auditorial, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
  • Mudah terganggu oleh keributan
  • Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
  • Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
  • Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
  • Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
  • Berbicara dalam irama yang terpola
  • Biasanya pembicara yang fasih
  • Lebih suka music daripada seni
  • Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat
  • Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
  • Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
  • Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
  • Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik


Orang-orang Kinestetik, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Berbicara dengan perlahan
  • Menanggapi perhatian fisik
  • Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
  • Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain
  • Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
  • Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
  • Belajar melalui manipulasi dan praktik
  • Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
  • Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
  • Banyak menggunakan isyarat tubuh
  • Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama
  • Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu
  • Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
  • Menyukai buku-buku yang berorientasi pada suatu rancang yang mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
  • Kemungkinan tulisannya jelek
  • Ingin melakukan segala sesuatu
  • Menyukai permainan yang menyibukkan


Dengan mengenali kecenderungan-kecenderungan yang terdapat di list diatas, maka kita dapat menyesuaikan aktivitasnya dengan menggunakan modalitas belajar yang paling sesuai dengan diri.

Akhirnya saya menemukan bahwa gaya belajar Fashal adalah audio yang lebih dominan. Maka saya tidak bosan-bosannya menyetel boneka hafiz nya. Sehingga membuatnya lebih mudah untuk menambah hapalan Al-Qurannya. Meskipun tentunya ada bagian-bagian yang harus kita perbaiki dengan membuka Al-Qurannya untuk lebih spesifik makhroj nya .

 

Dan Alhamdulillah Fashal pun bisa wisuda haflah Al –Quran bersama teman-temannya.

Senin, 30 November 2020

Jurnal Kontribusi pada Kota

 Ceritanya kali ini kita semua diminta membuktikan kontribusi kita pada kota dengan mengirimkan bukti screen shoot like follow comment kita di semua medsos kota. Hehheh seru dah..... taraaaa dibawah ini ya



Rabu, 25 November 2020

Untukku, Kau dan Semua Ibu (guru)

Kisah Rabu Seru

Oleh Nurhalita Diny


Ketika Kita Lelah Jadikan Itu Lilah

Agar apa yang kita lakukan semata adalah karenaNya, agar cinta kasih sayang itu tetap melekat dari kita seorang ibu yang dititipkan namaNya Ar Rahim. 

Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya sepanjang masa, Entahlah kasih anak semoga tidak sepenggalan kepada ibunya.  

Ketika kau melakukannya dengan Lillah maka pasti akan kau rasakan ada sebersit embun penyejuk menyentuh kalbumu. Dia menjadikannya sejumput energi yang berarti. Sehingga kau dapat memeluk energi tersebut menebar bahagia. 

Jangan biarkan dirimu sedih apalagi murka. Abaikan nakal mereka dengan senyum dan doa. Lenyapkan duka lara agar kasihmu kembali memancarkan salah satu nama terbaikNya, Ar Rahim

MasyaAllah begitu berharganya lisanmu bagi mereka anak-anakmu, maka jagalah lisanmu dari kata yang membuat mereka terluka, jagalah agar selalu bermakna penuh ketulusan dan cinta. 

Jadikan Lillahmu pun mengangkasa karena sejumput rahimNya yang selalu menyertai langkahmu. Mempesona menebar aroma, selalu terngiang dalam setiap desah napas anakmu

Dari sekedar masakan yang sederhana menjadi penuh cita rasa berbumbu resep rahasia cintamu. Sehingga anak-anak dan suamimu merindui nya selalu dikala jauh darimu. 

Kau adalah madrasatul Ula, sebuah madrasah yang sarat ilmu dan teladan sejatinya ada dalam dirimu, seorang guru pendidik bagi anak-anaknya yang kelak menjadi pemimpin peradaban. 

Jangan biarkan dirimu tanpa cinta. Penuhi kesejukannya dengan kaustar wudhu mu yang selalu terjaga, basahi bibirmu dengan dzikir asmaNya sehingga menyergap setiap langkahmu

Wahai ibu, kala kau tiada berdaya katakan Lillah. Menyebut-nyebutnya dalam gelap malam kesunyian dengan desah tarikan isakmu. Adukan semuanya kepada sang pemilik Maha Rahim. 

Dengan Lillah akan kau jemput anak-anakmu di telaga kaustarNya. Dengan senyummu sirnalah duka dunia bagi anak-anakmu. Karena dikakimulah surga ditempatkan bagi mereka. 


#edisimengingatkandirisendiri

#Ibuharusbahagia

#Ibumadrasatulula

#SelamatHariGuruBuatParaIbu






Rabu, 18 November 2020

Pendidikan Fitrah Seksualitas Pada Anak

Kisah Rabu Seru

Oleh: Nurhalita Diny



"Lah kok anak kecil diajarin tentang seks... ada-ada aja si bu?"

"Eh gak papa ya anak-anak kita ajarin pendidikan seks?"

"Ini pendidikan seks seperti apa ya yang buat anak-anak, apalagi anak usia dini...seyeeem?"

Ini mesti yang ada dipikiran kita semua sebagai orang tua, ketika kita akan membahas pendidikan seks kepada anak-anak kita apalagi yang usia dini. Karena saya pun berpikiran demikian, mengira hal ini adalah tabu, "Biarin saja toh anak-anak nanti tahu dengan sendirinya kalau sudah besar?" Ini dalam benak saya.  Hmmmm ternyata ini yang seharusnya kita pahami, bahwa pendidikan yang akan kita kenalkan kepada anak-anak adalah pendidikan seksualitas yaitu bagaimana mengajarkan anak berpikir, bersikap, dan bertingkah laku sesuai jenis kelaminnya (Perwitasari,2017). Pendidikan yang akan kita perkenalkan adalah tentang bagaimana anak memahami, menghayati, dan memiliki rasa percaya diri sesuai jenis kelaminnya. Sedangkan pendidikan seks termasuk bagian dari pendidikan seksualitas yang dimulai sejak mempersiapkan pubertas. Fokusnya lebih kepada bagaimana berhubungan dengan lawan jenis. 

Pendidikan seksualitas adalah salah satu dari fitrah manusia sejak lahir termasuk fitrah seorang anak. Dan setiap anak yang dihadirkan oleh Allah memiliki fitrah nya masing-masing, orang tuanya lah yang menjadikan anak-anak ini menuju kesuksesan mereka dengan membangkitkan fitrah-fitrah yang dimiliki anaknya. Salah satu fitrah tersebut adalah fitrah seksualitas atau fitrah gender. 

Mendidik fitrah seksualitas adalah merawat, membangkitkan, dan menumbuhkan fitrah sesuai gendernya yaitu bagaimana seorang lelaki berpikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai lelaki juga bagaimana perempuan berpikir, bersikap, bertindak, merasa sebagai seorang perempuan. Fitrah seksualitas perlu dirawat dengan kehadiran, kedekatan, kelekatan Ayah dan Ibu secara utuh dan seimbang sejak anak lahir hingga usia akil baligh (Santosa, H.2017).

Banyak riset membuktikan bahwa seseorang bisa menjadi seorang LGBT adalah karena ketika mereka di usia dini mengalami traumatik akibat perlakuan kasar ayahnya sehingga ia membenci ayahnya dan mengeneralisir semua laki-laki seperti ayahnya bila ia perempuan dia menjadi lesbian dan bila ia laki-laki dia menjadi transgender. 

Kita sebagai orang tua memiliki kewajiban mendidik anak-anak kita sesuai fitrah seksualitas mereka.  Seorang anak laki-laki kelak ketika dia dewasa adalah seorang pemimpin minimal di keluarganya, dia harus mendapatkan pendidikan yang keras artinya mendidik mereka untuk memiliki daya juang (fight), tanggung jawab, tegas, berani menerima cobaan dan kemampuan bertarung. 

Sebaliknya fitrah seksualitas perempuan adalah pendidikan kelembutan berupa kasih sayang, kepedulian, sopan santun, ramah tamah dan lemah lembut. 

Hal-hal ini bisa kita tanamkan perlahan-lahan sesuai dengan usia anak-anak kita:

1. Pada usia bayi 0-2 tahun  seorang anak didekatkan dengan ibunya karena menyusui, anak dapat merasakan kelembutan dan kasih sayang seorang ibu sebagai fitrah seorang perempuan yaitu feminis. 

2. Kemudian di usia 3-6 tahun anak-anak sebaiknya dekat dengan kedua orang tuanya, bilapun salah satunya tidak ada kita bisa menghadirkannya lewat cerita-cerita kebaikan orang tuanya. (Contoh dari hal ini adalah kisah Siti Hajar yang mendidik Ismail dengan baik meskipun Ibrahim tidak membersamai mereka ketika Ismail kecil dan tetap mematuhi perintah ayahnya Ibrahim ketika datang perintah berqurban untuk Ismail). Kedekatan anak di usia ini akan membentuk imajinasi mereka dari peran ayah ibu yang mereka dapatkan baik dari bentuk fisik, sifat, cara berpakaian, berpikir, perasaan, tingkah laku yang membuat anak seusia ini dapat dengan jelas mengatakan bahwa dirinya adalah seorang laki-laki atau perempuan. Hal ini harus benar-benar tertanam pada anak-anak kita di usia ini, agar kelak benih-benih LGBT tidak muncul pada mereka. 

3. Ketika usia 7-10 tahun dekatkan anak laki-laki kepada ayahnya dan anak perempuan kepada ibunya. Di usia ini anak semakin matang dengan fitrah seksualitas mereka sendiri. Anak laki-laki melihat fitrah seksualitasnya sebagai laki-laki dari seorang ayah begitupun sebaliknya anak perempuan bisa mencontoh peran ibunya sebagai fitrah perempuannya.

4. Di usia 11-baligh kedekatannya dibalik, anak perempuan dekat dengan ayahnya, anak laki-laki dekat dengan ibunya. Hal ini dilakukan karena dimasa ini mereka mulai memasuki usia baligh dimana di dalam Islam pada usia ini adalah usia dewasa usia siap memasuki pernikahan. Pada usia ini anak mulai merasakan simpati kepada lawan jenis, maka disini yang pertama kali mereka merasakan simpati itu adalah kepada ayah atau ibunya. Seorang anak laki-laki simpati kepada ibunya disini dia akan memperlakukan ibunya dengan baik karena rasa simpatinya. Begitupun sebaliknya seorang anak perempuan akan simpati kepada ayahnya dan menjadikan ayahnya adalah idola nyatanya di kehidupannya. Begitu banyak kejadian anak-anak yang mudah sekali jatuh hati kepada lawan jenisnya adalah karena mereka tidak menemukan simpati itu kepada ayah atau ibunya. Seorang anak perempuan yang mudah menyerahkan harga dirinya kepada pacarnya karena dia tidak menemukan sosok kedamaian dan perlindungan dari ayahnya. 

Membangkitkan fitrah seksualitas pada anak harus ditanamkan sejak dini karena disinilah fase anak mengenal dirinya sendiri apakah dia sebagai laki-laki atau perempuan. Dari bentuk fisik mereka yang berbeda dan juga sifat-sifatnya yang mereka temui dari ayah ibunya. Kesalahan pola asuh akan berakibat pada perilaku anak di masa depan, seperti LGBT, mudah terlena pada lawan jenis yang berakibat pada kerusakan moral, bila ia laki-laki mudah sekali berlaku kasar ataupun sebaliknya terlalu tergantung dan lemah kepada istrinya biasanya ini bisa jadi karena proses kedekatan yang salah dengan kedua orang tuanya peran kedua orang tua yang tidak ditemukan dalam proses masa kanak-kanaknya. Jika ia seorang perempuan dia terlalu mandiri dan tangguh sehingga mengambil peran suaminya dalam keluarganya, disinilah kelemahlembutan sebagai fitrahnya seorang wanita hilang darinya. Semua ini berakibat pada keharmonisan keluarganya kelak.

Lalu bagaimana kita menerapkan pendidikan fitrah seksualitas pada anak usia dini:

1. Menanamkan rasa malu pada anak

الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّه “Malu itu adalah baik semuanya.” (HR. Muslim)

Membiasakan anak-anak menutup aurat sejak kecil, tidak bertelanjang sembarangan ketika keluar kamar mandi, tidak mandi bersama dengan sepupunya tanpa busana. Mulai membiasakan anak memakai baju yang menutup auratnya sambil terus menanamkan batasan aurat perempuan dan laki-laki. Hal ini adalah juga untuk menjaga mata jalang orang jahat yang sekarang ini mulai banyak kita temui. Orang-orang dewasa yang memiliki nafsu seksual kepada anak kecil atau Predator pedofil. Mereka bertebaran dan dapat menularkannya kepada yang lain. Dengan membiasakan anak menutup aurat dari kecil membuat mereka terbiasa melakukannya ketika dewasa dan menjaga mereka dari rangsangan-rangsangan seksual akibat pakaian yang mereka kenakan. 

2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan feminisitas kepada anak perempuan

Anak-anak kita berikan pemahaman bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan itu berbeda secara fisik dan fitrahnya. Tidak ada yang lebih tinggi dan rendah namun satu sama lain saling mengisi satu sama lain. Maka fitrah laki-laki adalah bersikap maskulin dan perempuan bersikap feminim, dalam Islam tidak membolehkan seorang laki-laki berpakaian atau berperilaku seperti perempuan begitupun sebaliknya. Karena dari hal-hal kecil ini bisa memicu anak kelak menjadi LGBT. 

Ibnu Abbas ra. berkata:
Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita yang berlagak meniru laki-laki. (HR al-Bukhari).

3. Memisahkan tempat tidur mereka

Terutama di usia 7-10 tahun dalam hal ini tidak dalam satu selimut dengan yang lainnya. Bila anak sudah dilatih berpisah tempat tidur dengan orang tuanya menjadikannya anak yang mandiri juga untuk menghindari kejadian yang tidak pantas bila anak melihat hubungan intim ayah ibunya. Dan bila dengan saudaranya yang beda jenis bisa mendidik anak-anak tentang perbedaan jenis kelaminnya.

4. Mengajarkan anak berinteraksi dengan orang lain yang bukan mahramnya

Mengenalkan kepada anak-anak siapa-siapa mahram mereka dan apa saja yang bisa kita perlihatkan dan perlakukan kepada mahramnya. Mengajarkan anak kita bersikap kepada orang lain selain orang tuanya, batasan-batasan auratnya dan tindakan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan orang lain kepadanya, bermanja-manja, berdekatan, bersentuhan, minta gendong dll. Dan juga tindakan anak ketika mendapat perlakuan yang tidak sepatutnya dari orang lain selain orang tuanya. Kuatkan kedekatan kita sebagai orang tua kepada anak-anak agar mereka mau menceritakan apapun yang mereka temukan dan perlakuan orang lain kepadanya. Banyak kita dapati orang-orang yang dipercaya melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya kepada anak-anak. 

5. Mendidik anak-anak dengan adab-adab dalam berinteraksi dengan orang lain

a. Adab memandang lawan jenis
b. Adab meminta izin ketika memasuki kamar orang tua: Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum shalat subuh, tengah hari, dan setelah shalat isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu aurat, yakni waktu ketika badan atau aurat orang dewasa banyak terbuka (Lihat: QS al-Ahzab [33]: 13).
c. Adab berbicara, secukupnya dan bagi perempuan tidak mendayu-dayu
d. dll

6. Mengajarkan menjaga kebersihan kemaluannya

Bagaimana sebaiknya membersihkan air seni nya ketika habis buang air kecil, agar tidak menyebabkan najis buat orang lain dan menjadi azab kuburnya kelak.

Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersihkanlah diri dari air kencing. Karena sesungguhnya kebanyakan siksa kubur berasal darinya.”

7. Mendidik anak-anak agar bermain dengan teman-temannya sesama jenis agar kelak dewasa menjadi kebiasaan baik baginya. 

8. Jauhkan anak-anak dari konten-konten yang merangsang seksualitasnya dan merusak fitrahnya.
Terutama penggunaan gadget pada anak harus mendapat pendampingan dari orang tua dan pembatasan waktu bermain dengan gadget. Sebagaimana kita tahu menurut penelitian banyak kerusakan-kerusakan yang timbul dari bebasnya anak bermain gadget salah satunya adalah pornografi dan pornoaksi. 

Demikian hal-hal yang bisa kita lakukan agar bisa membangkitkan fitrah seksualitas anak-anak kita. Sehingga mereka memahami dirinya dan peran sosialnya di masyarakat kelak. 
Semoga anak-anak kita terlindungi dari perilaku buruk yang menyimpang akibat kerusakan moral dari orang-orang yang sudah rusak fitrah seksualitasnya. 


Sumber
Al Quran dan Al Hadist
Fitrah Based Education; Hari Santoso
zahrohsofi.wordpress.com
Sharing ustadzah Herlini Amran
Fitrah seksualitas kelas bunda sayang IIP 





Rabu, 11 November 2020

Mendidik Dengan Fitrah

Kisah Rabu Seru

Oleh: Nurhalita Diny, S.Pd





"Bukannya sudah selesai TK B kenapa ulang TK B lagi? Kasian tuh si Arif teman-temannya mau masuk SD semua, dia saja sendiri yang masih TK" Tanya Nenek pada Bunda Arif

"Ya Nek, daripada nanti dia gak bisa ikuti pembelajaran di SD dan kena bully juga dengan teman-temannya yang sudah matang usianya, lebih baik Arif matang dulu Nek di TK, insyaAllah nanti kalau Arif SD, SMP dan SMU akan lebih nyaman dan mandiri Arif nya, kan nanti juga kuliah gak masalah Nek usia berapa saja" Jawab Bunda Arif

__________________________________

Sejak Adam diciptakan Allah sesungguhnya Nabi Adam mendapatkan pendidikan dari Allah, yaitu ketika Allah mengenalkan Adam nama-nama benda di surga. Ini pertanda memang pendidikan itu sudah ada sejak lama, dan dengan pendidikanlah bumi ini tetap lestari dan terjaga serta terus adanya keberlangsungan kehidupan.

Tapi pendidikan seperti apa kah yang dapat melestarikan bumi ini, agar kehidupan terus berlangsung? Apakah sudah benar apa yang dilakukan manusia hingga saat ini, atau membuat bumi kita semakin rusak dan merana? 

Inilah sejatinya yang menjadi pemikiran pakar pendidikan saat ini, melihat kenyataan yang ada, apa yang dilakukan manusia membuat kerusakan bumi dan alam semesta. Manusia telah keluar dari misi yang Allah titipkan kepadanya yaitu menjadi khalifah di bumi ini, surat Al-Baqarah;30 

وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ‌ؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."


Sebagaimana seorang khalifah sejatinya adalah memakmurkan bumi, bukannya merusak bumi seperti yang ada saat ini. Kita temui kerusakan lingkungan yang semakin parah, pemanasan global, naiknya permukaan air laut, banyak sampah yang berserahkan karena adanya barang-barang yang tidak bisa terdaur ulang, orang-orang sekolah tetapi tetap banyak pengangguran, sisa pertambangan yang merusak alam, pencemaran lingkungan, ekspoloitasi sumber daya alam, semakin banyak persaingan, tingkat depresi dan bunuh diri semakin tinggi dll yang membuat bumi semakin sulit berotasi karena beban berat kerusakannya. 

Inilah pangkal dari pendidikan yang disorientasi saat ini. Ada lembaga pendidikan yang disebut sekolah, namun ternyata setelah selesai sekolah SMU ataupun mungkin kuliah mengapa kita tetap tidak bisa bekerja ataupun menghasilkan uang? Karena di sekolah-sekolah yang ada saat ini kita dididik sedemikian rupa kelak untuk menjadi pegawai, kuli ataupun buruh, bukan seorang yang bisa berdiri sendiri meskipun tanpa harus menjadi pegawai, kuli, ataupun buruh. Sehingga ketika kita tidak diterima bekerja di perusahaan kita tidak mampu menciptakan suatu karya atau jasa itu sendiri atau untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri pun kita tidak mampu. Karena pendidikan yang ada saat ini adalah untuk memenuhi dunia industri. Kebutuhan pada pegawai/kuli/buruh yang dapat menjalan mesin-mesin industri juga kebutuhan manusia yang semakin beragam.  

Di sekolah yang ada saat ini pengajarannya semakin jauh dari kebutuhan pokok akan keberlangsungan untuk hidup. Yang ada malah semakin membuat stress tingkat tinggi, dengan banyaknya pelajaran-pelajaran yang menyulitkan anak-anak. Karena pelajaran yang anak-anak dapatkan saat ini adalah sesuatu yang mereka sendiri tidak dapat membayangkannya ataupun menyentuhnya. Dan kita memaksakan hal ini kepada anak-anak kita. Ketika mereka mendapatkan nilai buruk ketika ujian, kita sebagai orang tua merasa sangat malu dan marah dengan angka-angka merah tersebut. Dari sekolah ini ujungnya adalah nilai-nilai yang tanpa makna. Dimana nilai-nilai tinggi tidak menjamin anak akan sukses kelak ketika dewasa begitupun sebaliknya nilai rendah seorang anak belum tentu dia tidak berhasil menjalani hidupnya hingga tua. Lantas apa perlunya kita memaksa anak-anak kita yang belum matang usianya masuk SD? Apakah itu akan membuat anak kita semakin cepat mandiri dan cerdas?Atau malah membuat anak-anak kita semakin stress dengan banyaknya tekanan pelajaran di sekolah? Karena jelas siklus ini akan terus berlangsung, ananda masuk SMP belum matang emosinya demikian pula ketika SMU. Akibatnya saat ini banyak anak-anak SMP atau SMU sudah tidak mau sekolah, karena dulu masa-masa kanak-kanak mereka yang seharusnya bermain tercabut. Anak-anak usia TK dipaksa belajar berhitung, membaca dan menulis tanpa tahapannya, tanpa mereka menjalani prosesnya. Orang tua kebanyakan maunya instan, saat ini di masyarakat indikator sebuah TK itu bagus atau tidaknya adalah dari anak-anak lulusannya apakah sudah bisa membaca? padahal proses kepandaian membaca setiap anak berbeda-beda maka stimulus tahapan membaca itu sangat penting untuk anak usia dini, jangan sampai yang ada adalah setelah  anak TK bisa membaca mereka jadi muak pada semua yang berhubungan dengan huruf, kata dan buku dan masa-masa ini akan melekat hingga ananda dewasa, sangat menyedihkan. Berdasarkan hasil penelitian orang Indonesia sangat rendah literasi membacanya. Tidak usah kita melihat orang lain, lihatlah diri kita sendiri, apakah kita sebagai orang tua suka membaca? tengok ada berapa buku-buku di rumah kita? Seberapa pentingkah buku untuk keluarga kita?. Coba kita renungi, Jika banyak jawaban yang belum, ayo kita putus rantai nya, janganlah kita buat anak-anak kita pun tidak suka membaca, ciptakan tradisi baik itu dari keluarga kita.

Dari uraian diatas, ayo kita tanyakan pada diri sendiri, apakah kita terlalu banyak menaruh harapan pada anak-anak? atau kita menitipkan cita-cita kecil kita dulu kepada mereka? Atau mungkin kita sendiri disorientasi terhadap apa tujuan hidup kita di dunia ini? 

Kita pun dulu sebagai orang tua pernah merasakan bersekolah dan saat ini tentu kita semakin menyadari sesungguhnya apa yang kita pelajari di sekolah dan apakah kita memakai semua pengetahuan yang kita dapatkan waktu itu pada saat ini? Apa perlunya kita menghapal ukuran lapangan sepak bola kalau ternyata kita sekarang bukanlah seorang atlit? Atau apakah tidak sebaiknya seorang koki mendalami ilmu memasak daripada dia mesti berkutat dengan rumus kimia sedangkan semakin pening kepalanya ketika dia harus berjibaku dengan soal-soal kimia. Seorang atlit disuruh menghapal rumus kerucut? Hmmhmhm,,,,Alangkah sangat banyak waktu terbuang untuk mempelajari hal-hal yang kita tidak sukai dan juga tidak akan membuat kita mati bila tidak mempelajarinya. Dari usia SD-SMK atau bahkan kuliah ketika kita salah ambil jurusan,,,, (ehm,, ini pengalaman saya), dan bekerja tidak sesuai dengan ilmu yang kita pelajari di sekolah. Berkaca pada diri saya sendiri, saya dan suami kuliah yang berbeda dengan bidang pekerjaan saat ini, saya adalah seorang sarjana kesehatan masyarakat yang seharusnya bergelut di bidang kesehatan, namun sekarang ada di pendidikan. Begitupun suami dulu kuliah di Tehnik Kimia namun saat ini bergelut di bidang komputer. Dan mungkin masih banyak lagi contoh-contoh lain yang semirip dengan pengalaman kami, belajar dan bekerja tidak linear bidangnya satu sama lain. Inilah kenyataan yang kita alami, ketika kami telat menemukan passion kami maka dengan terpaksa harus mengulang kembali mendalami ilmu yang kami sukai saat ini. Mari kita bayangkan seandainya penemuan passion itu sudah kita dapati semenjak minimal usia SMU maka bisa jadi kita sudah menjadi ahli dibidangnya. Karena kita sudah menemukan sesuatu yang kita cintai dan jelas ketika kita melakukannya akan membuat kita bahagia, penuh energi sehingga menghasilkan karya dan berdampak untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan kita. 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S 51:56)

Inilah tujuan Allah menciptakan kita tiada lain hanyalah untuk beribadah. Ujung kesuksesan hidup seorang manusia adalah surga Nya Allah SWT. Kemanapun kita melangkah, secerdas apapun kita, kekayaan yang tidak habis 7 keturunan, kecantikan dan ketampanan seorang manusia, ketinggian jabatan yang dia miliki itu, apakah itu menjamin seorang manusia masuk surga?

Maka mari kita turunkan ego kita sebagai orang tua. Menerima anak yang dititipkan Allah kepada kita apa adanya, yakinkan selalu ada kebaikan akan takdir yang Allah berikan.  Mencari missi apakah yang dititipkan kepada kita dan anak-anak kita di dunia ini dengan mendidik mereka dengan fitrahnya. Menemukan passion (bakat minat) anak-anak kita dengan menghadirkan seluruh jiwa raga ketika kita bersama mereka. Sebut nama anak-anak dalam doa-doa kita kepada sang pemilikNya, Fulanah binti Fulan. Sehingga Allah sendiri yang akan menunjukan jalan-jalan kesuksesan itu kepada keluarga kita, yaitu bahagia di dunia dan masuk surgaNya kelak bersama-sama. 


Kesuksesan seorang anak adalah investasi buat orang tuanya

Apa yang kita tanam itulah yang kita tuai

Pengorbanan itu tidak akan jauh dari hasilnya

Allah menilai proses yang kita lakukan bukan hasilnya 


Sumber:

Al Quran

Al Hadist

Buku Fitrah Based Education; Harry Santosa

Pengalaman pribadi dan teman-teman









Rabu, 04 November 2020

Tugas Kita Menemukan Binar di Wajahnya


 Kisah Rabu Seru

Oleh: Nurhalita Diny




"Mi, ini buat Zaid ya, aku mau bongkar?, Mau buat bikin-bikin" Tanya Zaid kepada Umi, meminta CPU bekas yang rusak untuk dibongkarnya. 

Lain waktu dia melihat ada kardus bekas meja lipat besar, "Ini udah gak dipake kan Mi? Buat Zaid ya" Pintanya sama Umi.

"Mi, Zaid mau buat mobil besar bisa dinaikin, Zaid bisa" Ucapnya pada Umi yang sedang antusias mendengarkan Zaid

"Terus nanti gimana jalaninnya, emang Zaid bisa jalaninnya, pakai energi apa? rodanya bagaimana? Tanya Umi pada Zaid

"Pake aki, nanti badannya pakai gerobak kayu kan sudah ada rodanya, ayo beliin aki mi sama gerobak kayunya, Zaid yakin bisa....beneran deh yakin banget" Jawabnya kepada Umi

Dan Umi nya senyum-senyum saja, bilang "Wow kereeen, Iya, nanti kita liat-liat dulu ya di online harganya" Jawab Umi sambil mikir-mikir berusaha tidak mengecewakan Zaid dan menampakan wajah semangat, matanya melotot jenaka dan senang. Seakan sangat khawatir memadamkan binar di mata dan lebar senyum Zaid anaknya. 

________________________

Yap......dialog seperti inilah kira-kira yang hampir saya dapati setiap hari dirumah saya. Dan rumah pun berantakan lantai penuh dengan pernak-pernik kecil bekas barang-barang elektronik, kabel, lem tembak, stop kontak dll. Rusuh, berantakan, seperti kapal pecah....gak ada rapinya rumah. Kadang-kadang nih, Zaid hanya mengeluarkan semua barang-barangnya di lantai ruang tengah depan TV, belum ada inspirasi dia mau buat apa, tetapi tetep, posisi barang sudah berantakan duluan dilantai. Kadang tercecer entah kemana, ada dinamo kecil atau obeng atau pernik elektronik kecil yang tajam tahu-tahu terinjak kaki. "Awwwww..... sakit sekali" rasanya pengen teriak sekuatnya dan memarahi Zaid karena Saya yang sedang memasak wara-wiri, sakit kesal terinjak benda tajam. Menguji kesabaran saya.

Itu dulu sewaktu awal-awal seperti ini, keadaan rumah sering berantakan dan tidak terkontrol dimana saja berantakannya. Alhamdulillah sekarang Zaid udah punya ruang sendiri meski masih di ruangan gudang kecil di belakang rumah, setidaknya dia sudah paham dimana barang-barangnya harus disimpan, sehingga tidak berantakan kemana-kemana dan kesenangannya tidak mengganggu orang lain. Inipun terwujud hasil diskusi kami, Zaid saya dan ayahnya setelah ada insiden-insiden kecil diatas. Zaid kita berikan pemahaman menyimpan barangnya dengan baik, bermain dengan senang tanpa mengganggu orang lain dan terkendali tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain juga. Sedangkan dari kami sebagai orang tua, ternyata Zaid butuh ruangan privasi sendiri untuk dia leluasa melakukan kesenangannya itu dan memfasilitasinya meskipun di gudang ini juga Zaid kadang-kadang cemburu dengan abangnya yang punya ruangan sendiri untuk bereksperimen. Kadang dia kesal dengan banyak barang-barang lain di gudang selain barangnya, sehingga kita pun harus sering merapihkannya agar tidak mengganggu barang-barangnya permainannya.  

Zaid kecil ketika usianya 4,5 tahun, suka bermain solder karena melihat abangnya Laskar memakai solder. Dan  diperhatikan betul rupanya. Satu kali dia izin untuk menggunakan solder tersebut, kami izinkan karena kami memperhatikannya ketika itu sehingga bisa kita awasi kalau kejadian hal-hal yang tidak diinginkan. Namun karena rupanya Zaid sudah bisa, lain waktu tidak dalam pengawasan kami, dia memakai solder tersebut untuk bereksperimen. Namun tanpa sadar solder tersebut melukai kakinya. Lumayan besar juga lukanya waktu itu, sampai saya harus dua kali meminta resep dokter agar lukanya cepet kering, karena khawatir infeksi bila keringnya terlalu lama.  

Dulu di usianya beranjak dua tahun, Zaid mulai sangat suka dengan api. Hampir setiap hari dia ingin selalu main dengan api. Bayangkan bangaimana khawatirnya kami semua ketika dia mulai bermain dengan api. Ada saja yang dimainkannya dengan api, selalu ada saja yang menarik baginya untuk dibakar atau diapakan saja itu api. Pastilah pernah kejadian luka bakar, tapi alhamdulillah tidak terbakar parah, hanya luka bakar kecil dan bisa dikendalikan. Meskipun tentu itu pastinya sakit, karena luka. 

Saya berusaha menfasilitasi apapun yang membuatnya berbinar, namun ini api, sesuatu yang berbahaya. Tapi saya tidak boleh egois, hanya karena api berbahaya hingga kita tidak membuatnya bahagia karena saya tidak mengizinkannya bermain dengan api. Akhirnya saya mencoba mempelajari api dan mencari-cari keajaiban dan sains dari api. Sejak itu saya mencoba mengajarkan sebab akibat dan resikonya dari bermain api, listrik dll yang tentunya berbahaya ketika kita tidak dapat mengendalikannya. Saya mengajarkannya sifat api, bahwa api kecil jadi kawan api besar jadi lawan. Posisi kita sebaiknya seperti apa ketika bermain api dan percobaan-percobaan apa saja yang mudah terbakar dan sulit terbakar. Serta resikonya ketika bermain api juga kita harus siapkan, bagaimana bila kejadian terjadi api membesar dan pertolongan pertama ketika luka bakar bila kena api. Di TK Mentari juga waktu itu Zaid pernah ikut field trip ke Pemadam Kebakaran Jakarta Barat. Disana kita mendapatkan informasi dari petugas Damkar nya dan juga melihat simulasi kebakaran serta belajar melakukan pengendaliannya. 

Alhamdulillah seiring waktu Zaid semakin mengerti dan dapat bermain api menyenangkan namun tetap aman. Kecintaannya kepada api belum surut tapi tidak terlalu membara seperti dulu (☺☺☺☺), Dia sudah beralih dengan kesukaan yang lain. Sebenarnya apapun yang dia sukai, yang utama adalah doa kepada pemiliknya agar Allah melindunginya dari segala macam bahaya. Karena tentu saya tidak bisa 24 jam bersamanya dan meskipun kita selaku orang tua 24 jam bisa bersamanya segala sesuatu itu tetap bisa terjadi atas kehendakNya, maka kita usaha namun tak lepas dari ketergantungan kita kepada Nya.

Zaid kecil juga sangat suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan mesin. Awalnya dia tertarik dengan blender setiap kami menggunakan blender selalu diperhatikannya sehingga ia sendiri dapat mengoperasikannya dengan baik ketika usianya 5 tahun. Kadang dia menghadiahkan saya jus, entah jus buah apa saja yang ada di kulkas. Kala waktu tidak ada buah dia izin membuat jus ketimun, alhasil jadilah jus ketimun dan saya jadi harus belajar membuat es ketimun agar jus ketimun buatannya tidak dibuang dan mubazir. Alhamdulillah jadi bisa membuat es ketimun yang seger dan dinikmati bersama sekeluarga. 

Tidak hanya blender saja yang disukainya, Zaid pun sangat suka dengan mixer. Dia selalu antusias kalau saya menggunakan mixer. Sekarang dia dapat membantu saya membuat kue terutama memperlakukan mixer nya dari menyusun kocokannya secara detil ke mesin mixer, mencolokannya dan memulai on of nya hingga bisa dipakai untuk mengocok telur dll. Terbukti suatu ketika saya lupa menyusun kocokannya yang ada dua tersebut di sebelah mana saja, sehingga ketika saya mengocok telur ternyata wajannya tidak berputar alias mesinnya tidak berjalan sempurna. Dan Zaid mengingatkan saya bahwa posisi kocokannya harusnya disini dan disini, wah benar saja setelah itu mixer beroperasi sempurna. Alhamdulillah.

Kesukaannya pada mixer dan blender membuatnya ingin dibelikan mixer dan blender. Beberapa orang yang mengetahui bertanya pada saya, "kok anak laki-laki membeli mainannya blender dan mixer?" heheheh... "kayak anak perempuan" kata mereka. Ups, saya baru sadar waktu itu, Tapi.. ehm ternyata selama ini beginilah mungkin cara pandang orang tua. Kalau anak laki-laki mainnya mobil-mobilan, anak perempuan mainnya boneka dan masak-masakan. Padahal dunia laki-laki dan perempuan tidak dibatasi dengan hal ini, dengan anak-anak bermain semuanya mereka akan lebih tahu bagaimana dan seperti apa fungsi dari benda-benda tersebut. Hal ini pun tidak akan membuat anak-anak laki-laki kelak lebih senang bersifat perempuan ataupun sebaliknya. Namun yang utama adalah peranan kita selaku orang tua mengarahkan, menyayangi dan hadir untuk mereka, memberikan contoh kepada anak-anak kita bagaimana sebaiknya perilaku sebagai perempuan atau sebagai laki-laki. Akhhh,....alhamdulillah saya sudah belajar ilmunya meskipun saya harus terus belajar, namun dengan hal ini membuat saya tidak membatasi diri sehingga memadamkan binar matanya akan kecintaannya kepada sesuatu yang membuatnya haus untuk terus belajar  dan untuk mengetahui banyak hal dan memecahkan berbagai masalah kehidupan. 

Sekarang Zaid berusia delapan tahun. Apa yang menjadi kebisaannya saat ini dibidang mesin, listrik dan elektronika menurut saya sudah setaraf kebisaan saya se usia SMU. Seingat saya dulu, baru memahami rangkaian paralel dan seri pada batere itu waktu SMU, merangkai kabel hingga dapat mengalirkan listrik, dll itu pun baru teorinya saja dan sedikit prakteknya. Saya tidak mampu membuat benda bergerak, alhamdulillah Zaid kecil sudah bisa menggerakan pesawat kertas tiga dimensi buatannya di usia 5 tahun. Wow saya pun takjub melihatnya, dan saya tidak menyangkal hal itu. Betapa pesatnya anak-anak belajar. Ketika kita stimulus dan kita fasilitasi sedemikian rupa membuat kita sendiri akan merasakan keajaiban-keajaiban yang bisa mereka hasilkan. 

Menurut para ahli 80% pertumbuhan syaraf otak anak itu ada di dua tahun usianya, kemudian 50% hingga usianya 5 tahun dan 30% diusianya 8 tahun. Setelah usia ini pertumbuhan syaraf otak akan melambat hingga akhir usia manusia. Dan pada anak-anak usia dini inilah pesatnya pertumbuhan syaraf mereka. Lalu bagaimana syaraf-syaraf ini bisa tumbuh bila kita tidak memberinya stimulus-stimulus pada anak-anak kita? Simpul-simpul itu tidak hadir dengan sendirinya, dalam hadist Rosulullah, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi" (Hadist Muslim). 

Inilah tugas kita sebagai orang tua mereka mendidik anak-anak dengan fitrahnya, dengan misi yang Allah kehendaki kepada anak-anak kita, dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang mereka inginkan, dengan binar-binar di matanya ketika mereka mengutarakannya, dengan keceriaan-keceriaan yang mereka tunjukan ketika mereka melakukannya. Berikan banyak stimulus kepada mereka, dengan memberikan banyak titik-titik pengalaman pada segala hal yang bisa kita lakukan bersama anak-anak kita. Hadirkan diri kita bersama mereka dengan itu semua, sehingga mereka anak-anak kita melihat dan merasakan bahwa kita ada bersama mereka ketika mereka senang dan bahagia.Tentu tidak mudah untuk bisa mewujudkan anak-anak yang dapat memimpin peradaban kelak, namun ayo kita terus belajar menjadi orang tua yang baik untuk mereka, kita lakukan perubahan kebaikan itu, meski kecil dan tak terlihat bermakna, namun yakinlah terus dan lakukanlah terus, tidak mesti menunggu orang lain mesti hanya kita sendiri yang melakukannya diantara semua orang, terus semangat dan yakin kelak sampai Allah sendiri yang akan menunjukan jalan-jalan kebaikan itu. Karena Allah tidak akan merubah kita hingga kita sendiri yang akan merubahnya. Lakukan dari diri kita sendiri, kemudian insyaallah dia akan menginspirasi didalam keluarga kita dan akan menjadi tradisi baik kelak di lingkungan kita.  

Lakukan meskipun sedikit, lama-lama akan menjadi bukit

Yakin Usaha Sampai (Husni Teja Sukmana)


Sumber:

Al Quran dan Hadist

https://www.parentingclub.co.id/

Komunitas Ibu Profesional 

Pengalaman pribadi dan teman-teman

https://www.facebook.com/nurhalita.diny







Kamis, 29 Oktober 2020

Ebook Sentra Cooking Challenge






🎉 Sentra Cooking Challenge🎉

Siap menerima tantangan?💪🏻

Buat Ayahbunda2 yang selalu membersamai ananda bermain belajar di sekolah di Bulan Ramadhan spesial ini

💓Sekolah Mentari punya challenge keren dan menarik, wajib ikutan ya supaya kita semua punya kenangan Ramadhan Keluarga Mentari2020 😍👏

Bagaimana Caranya

1. Sentra Cooking Sekolah Mentari menantang Ayahbunda dan ananda beraktivitas bersama menyiapkan hidangan berbuka dan atau sahur selama Puasa Ramadhan.

2. Abadikan aktivitas tersebut dengan dokumentasi dan  menceritakannya di medsos masing-masing, boleh fb, instagram (tag @Tk Mentari)
 atau blog dengan hastag

#CeritaRamadhan2020
#KeluargaMentari
#SentraCookingTKMentari

3. Setiap rabu link medsos nya di share ke WAG (wa group) Sekolah Mentari

4. Sehingga selama Ramadhan kita punya 4 cerita seru aktivitas Ayahbunda dan ananda mempersiapkan sahur atau berbuka

5. Cerita ini insyaAllah akan dibukukan oleh sekolah, dan akan menjadi cerita kenangan Ayahbunda dan ananda di Ramadhan 2020 bersama Keluarga Mentari😍

6. Seluruh komponen Keluarga Mentari wajib mengikuti tantangan ini, kepala sekolah, guru dan orang tua.

Serunya challenge ini gak akan seru tanpa partisipasi Ayahbunda dan ananda👏🥰

Kami tunggu cerita serunya Ayahbunda dan ananda mulai hari ini, rabu tgl 29 April 2020💓


Penyusun

Sekolah Mentari
https://www.facebook.com/sekolahmentari/

Kontributor Karya

Nurhalita Diny
https://www.facebook.com/nurhalita.diny

Sartika Wahyuningtyas
https://www.facebook.com/sartika.wahyuningtyas

Dede Siti Rahmawati
https://www.facebook.com/dedesiti.rahmawati

Sinta Dewi
https://www.facebook.com/profile.php?id=100039312891338

Nita Mustakim
https://www.facebook.com/nita.mustakim

Almer Hafidz Margino
https://www.facebook.com/mia.tawiyah

Muadz
https://muadzadventure.blogspot.com/

Nanda Abelia Supardi





Ale


https://www.instagram.com/p/CARasIKJETd/?igshid=k9r1db0y0duy

https://www.instagram.com/p/CARasIKJETd/?igshid=k9r1db0y0duy

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10222907647224656&id=1382003779

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10222824124816648&id=1382003779


Lita
http://ummimentari.blogspot.com/2020/05/cerita-seru-sentra-cooking-challenge.html

http://ummimentari.blogspot.com/2020/04/ramadhan-seru-di-rumah-saja.html



Muadzab

https://muadzadventure.blogspot.com/2020/05/edisi-ramadhan-di-rumah-aja-chapter-1.html

https://muadzadventure.blogspot.com/2020/05/edisi-ramadhan-di-rumah-aja-chapter-2.html

https://muadzadventure.blogspot.com/2020/05/edisi-ramadhan-di-rumah-aja-chapter-4.html

https://muadzadventure.blogspot.com/2020/05/nastar-chapter-3.html



Dede

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2899113580202299&id=100003110558542?sfnsn=wiwspwa&extid=hSKvTJuDJ5uzwr4I

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2887868774660113&id=100003110558542?sfnsn=wiwspwa&extid=0TwdwUbOxup9jADd


Sinta
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=645267326051409&id=100017044420587?sfnsn=wiwspwa&extid=981OX64eT7zgAP4D

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=235258627794565&id=100039312891338


Abelia
https://www.instagram.com/p/B_2Ck2JBqkM/?igshid=1j47i6glel1kv

https://www.facebook.com/100000032592579/posts/3174373129240409/


Nita
https://www.facebook.com/100001769393022/posts/2850730511662567/?flite=scwspnss&extid=aE3aZ5LoBAiQplj5

Aila

https://www.instagram.com/p/B_pJ2_Epi0n/?igshid=ob073rtx6yv1

Vira
https://www.instagram.com/p/B_o-lUKpenq/?igshid=1ldtj1kmrsngq


tika
https://www.instagram.com/p/B_m5KQupIDb/?igshid=14d8iezs8du7j