Kisah Rabu Seru
Oleh: Nurhalita Diny, S.Pd
"Bukannya sudah selesai TK B kenapa ulang TK B lagi? Kasian tuh si Arif teman-temannya mau masuk SD semua, dia saja sendiri yang masih TK" Tanya Nenek pada Bunda Arif
"Ya Nek, daripada nanti dia gak bisa ikuti pembelajaran di SD dan kena bully juga dengan teman-temannya yang sudah matang usianya, lebih baik Arif matang dulu Nek di TK, insyaAllah nanti kalau Arif SD, SMP dan SMU akan lebih nyaman dan mandiri Arif nya, kan nanti juga kuliah gak masalah Nek usia berapa saja" Jawab Bunda Arif
__________________________________
Sejak Adam diciptakan Allah sesungguhnya Nabi Adam mendapatkan pendidikan dari Allah, yaitu ketika Allah mengenalkan Adam nama-nama benda di surga. Ini pertanda memang pendidikan itu sudah ada sejak lama, dan dengan pendidikanlah bumi ini tetap lestari dan terjaga serta terus adanya keberlangsungan kehidupan.
Tapi pendidikan seperti apa kah yang dapat melestarikan bumi ini, agar kehidupan terus berlangsung? Apakah sudah benar apa yang dilakukan manusia hingga saat ini, atau membuat bumi kita semakin rusak dan merana?
Inilah sejatinya yang menjadi pemikiran pakar pendidikan saat ini, melihat kenyataan yang ada, apa yang dilakukan manusia membuat kerusakan bumi dan alam semesta. Manusia telah keluar dari misi yang Allah titipkan kepadanya yaitu menjadi khalifah di bumi ini, surat Al-Baqarah;30
وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Sebagaimana seorang khalifah sejatinya adalah memakmurkan bumi, bukannya merusak bumi seperti yang ada saat ini. Kita temui kerusakan lingkungan yang semakin parah, pemanasan global, naiknya permukaan air laut, banyak sampah yang berserahkan karena adanya barang-barang yang tidak bisa terdaur ulang, orang-orang sekolah tetapi tetap banyak pengangguran, sisa pertambangan yang merusak alam, pencemaran lingkungan, ekspoloitasi sumber daya alam, semakin banyak persaingan, tingkat depresi dan bunuh diri semakin tinggi dll yang membuat bumi semakin sulit berotasi karena beban berat kerusakannya.
Inilah pangkal dari pendidikan yang disorientasi saat ini. Ada lembaga pendidikan yang disebut sekolah, namun ternyata setelah selesai sekolah SMU ataupun mungkin kuliah mengapa kita tetap tidak bisa bekerja ataupun menghasilkan uang? Karena di sekolah-sekolah yang ada saat ini kita dididik sedemikian rupa kelak untuk menjadi pegawai, kuli ataupun buruh, bukan seorang yang bisa berdiri sendiri meskipun tanpa harus menjadi pegawai, kuli, ataupun buruh. Sehingga ketika kita tidak diterima bekerja di perusahaan kita tidak mampu menciptakan suatu karya atau jasa itu sendiri atau untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri pun kita tidak mampu. Karena pendidikan yang ada saat ini adalah untuk memenuhi dunia industri. Kebutuhan pada pegawai/kuli/buruh yang dapat menjalan mesin-mesin industri juga kebutuhan manusia yang semakin beragam.
Di sekolah yang ada saat ini pengajarannya semakin jauh dari kebutuhan pokok akan keberlangsungan untuk hidup. Yang ada malah semakin membuat stress tingkat tinggi, dengan banyaknya pelajaran-pelajaran yang menyulitkan anak-anak. Karena pelajaran yang anak-anak dapatkan saat ini adalah sesuatu yang mereka sendiri tidak dapat membayangkannya ataupun menyentuhnya. Dan kita memaksakan hal ini kepada anak-anak kita. Ketika mereka mendapatkan nilai buruk ketika ujian, kita sebagai orang tua merasa sangat malu dan marah dengan angka-angka merah tersebut. Dari sekolah ini ujungnya adalah nilai-nilai yang tanpa makna. Dimana nilai-nilai tinggi tidak menjamin anak akan sukses kelak ketika dewasa begitupun sebaliknya nilai rendah seorang anak belum tentu dia tidak berhasil menjalani hidupnya hingga tua. Lantas apa perlunya kita memaksa anak-anak kita yang belum matang usianya masuk SD? Apakah itu akan membuat anak kita semakin cepat mandiri dan cerdas?Atau malah membuat anak-anak kita semakin stress dengan banyaknya tekanan pelajaran di sekolah? Karena jelas siklus ini akan terus berlangsung, ananda masuk SMP belum matang emosinya demikian pula ketika SMU. Akibatnya saat ini banyak anak-anak SMP atau SMU sudah tidak mau sekolah, karena dulu masa-masa kanak-kanak mereka yang seharusnya bermain tercabut. Anak-anak usia TK dipaksa belajar berhitung, membaca dan menulis tanpa tahapannya, tanpa mereka menjalani prosesnya. Orang tua kebanyakan maunya instan, saat ini di masyarakat indikator sebuah TK itu bagus atau tidaknya adalah dari anak-anak lulusannya apakah sudah bisa membaca? padahal proses kepandaian membaca setiap anak berbeda-beda maka stimulus tahapan membaca itu sangat penting untuk anak usia dini, jangan sampai yang ada adalah setelah anak TK bisa membaca mereka jadi muak pada semua yang berhubungan dengan huruf, kata dan buku dan masa-masa ini akan melekat hingga ananda dewasa, sangat menyedihkan. Berdasarkan hasil penelitian orang Indonesia sangat rendah literasi membacanya. Tidak usah kita melihat orang lain, lihatlah diri kita sendiri, apakah kita sebagai orang tua suka membaca? tengok ada berapa buku-buku di rumah kita? Seberapa pentingkah buku untuk keluarga kita?. Coba kita renungi, Jika banyak jawaban yang belum, ayo kita putus rantai nya, janganlah kita buat anak-anak kita pun tidak suka membaca, ciptakan tradisi baik itu dari keluarga kita.
Dari uraian diatas, ayo kita tanyakan pada diri sendiri, apakah kita terlalu banyak menaruh harapan pada anak-anak? atau kita menitipkan cita-cita kecil kita dulu kepada mereka? Atau mungkin kita sendiri disorientasi terhadap apa tujuan hidup kita di dunia ini?
Kita pun dulu sebagai orang tua pernah merasakan bersekolah dan saat ini tentu kita semakin menyadari sesungguhnya apa yang kita pelajari di sekolah dan apakah kita memakai semua pengetahuan yang kita dapatkan waktu itu pada saat ini? Apa perlunya kita menghapal ukuran lapangan sepak bola kalau ternyata kita sekarang bukanlah seorang atlit? Atau apakah tidak sebaiknya seorang koki mendalami ilmu memasak daripada dia mesti berkutat dengan rumus kimia sedangkan semakin pening kepalanya ketika dia harus berjibaku dengan soal-soal kimia. Seorang atlit disuruh menghapal rumus kerucut? Hmmhmhm,,,,Alangkah sangat banyak waktu terbuang untuk mempelajari hal-hal yang kita tidak sukai dan juga tidak akan membuat kita mati bila tidak mempelajarinya. Dari usia SD-SMK atau bahkan kuliah ketika kita salah ambil jurusan,,,, (ehm,, ini pengalaman saya), dan bekerja tidak sesuai dengan ilmu yang kita pelajari di sekolah. Berkaca pada diri saya sendiri, saya dan suami kuliah yang berbeda dengan bidang pekerjaan saat ini, saya adalah seorang sarjana kesehatan masyarakat yang seharusnya bergelut di bidang kesehatan, namun sekarang ada di pendidikan. Begitupun suami dulu kuliah di Tehnik Kimia namun saat ini bergelut di bidang komputer. Dan mungkin masih banyak lagi contoh-contoh lain yang semirip dengan pengalaman kami, belajar dan bekerja tidak linear bidangnya satu sama lain. Inilah kenyataan yang kita alami, ketika kami telat menemukan passion kami maka dengan terpaksa harus mengulang kembali mendalami ilmu yang kami sukai saat ini. Mari kita bayangkan seandainya penemuan passion itu sudah kita dapati semenjak minimal usia SMU maka bisa jadi kita sudah menjadi ahli dibidangnya. Karena kita sudah menemukan sesuatu yang kita cintai dan jelas ketika kita melakukannya akan membuat kita bahagia, penuh energi sehingga menghasilkan karya dan berdampak untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan kita.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S 51:56)
Inilah tujuan Allah menciptakan kita tiada lain hanyalah untuk beribadah. Ujung kesuksesan hidup seorang manusia adalah surga Nya Allah SWT. Kemanapun kita melangkah, secerdas apapun kita, kekayaan yang tidak habis 7 keturunan, kecantikan dan ketampanan seorang manusia, ketinggian jabatan yang dia miliki itu, apakah itu menjamin seorang manusia masuk surga?
Maka mari kita turunkan ego kita sebagai orang tua. Menerima anak yang dititipkan Allah kepada kita apa adanya, yakinkan selalu ada kebaikan akan takdir yang Allah berikan. Mencari missi apakah yang dititipkan kepada kita dan anak-anak kita di dunia ini dengan mendidik mereka dengan fitrahnya. Menemukan passion (bakat minat) anak-anak kita dengan menghadirkan seluruh jiwa raga ketika kita bersama mereka. Sebut nama anak-anak dalam doa-doa kita kepada sang pemilikNya, Fulanah binti Fulan. Sehingga Allah sendiri yang akan menunjukan jalan-jalan kesuksesan itu kepada keluarga kita, yaitu bahagia di dunia dan masuk surgaNya kelak bersama-sama.
Kesuksesan seorang anak adalah investasi buat orang tuanya
Apa yang kita tanam itulah yang kita tuai
Pengorbanan itu tidak akan jauh dari hasilnya
Allah menilai proses yang kita lakukan bukan hasilnya
Sumber:
Al Quran
Al Hadist
Buku Fitrah Based Education; Harry Santosa
Pengalaman pribadi dan teman-teman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar