Rabu, 23 September 2020

Toxic Parents

Kisah Rabu Seru

oleh Nurhalita Diny



kompas.com

Awal Tahun baru 2020, Nama negara Indonesia terkenal seantero jagat raya, Indonesia terkenal dari seorang Reynhard Sinaga seorang WNI, pemerkosa 190an orang pria di Inggris, seorang mahasiswa S3 Manchester Inggris, dan dulu dia juga S1 di UI. Sangat menyedihkan semua kebanggaan orang tuanya kandas dengan kebejatan perilaku anaknya ini. 

Ini kisah nyata yang ada didepan mata kita ayahbunda, tragis sekali. Pastinya sebelum vonis itu datang, orangtuanya sangat bangga, anaknya seorang yang rupawan, cerdas tiada kekurangan S1 UI kemudian bisa sekolah di luar negeri S2 dan S3, meskipun ini semua atas biaya orang tuanya yang memang kaya.

Atau saya pernah juga mendengar curhatan seorang ayah yang merasa menyesal bisa menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri, kemudian hidup mapan dan ternyata jarang pulang mengunjungi orang tuanya puncaknya yaitu ketika ibu mereka meninggal. Padahal selama ini sang ayah sering diundang menjadi pembicara tentang kiat-kiat menyekolahkan anak ke luar negeri. Dan semuanya itu kandas seketika dia mendapatkan perilaku anaknya yang tidak menghormati dan menghargai orang tuanya terutama disaat terakhir mereka bisa melihat wajah ibunya. Sangat menyedihkan...

Dan saya yakin sebenarnya banyak contoh lain yang ada setipe ini namun tidak terkuak di media. Karena kita pun adalah orang tua yang selama ini masih memandang silau kesuksesan dunia. Kesuksesan semu yang dipandang indah oleh semua orang. Kita menginginkan anak-anak kita sekolah di sekolah berprestasi, anak cerdas juara, kemudian bekerja di perusahaan elit, atau berprofesi terpandang, memiliki banyak uang, rumah besar, mobil mewah dan banyak, bisa dengan mudah ke luar negeri dll. Itulah kesuksesan yang selama ini indah dihadapan kita. Kesuksesan yang membuat orang lain berdecak kagum.Seakan ketika kita sudah melihat anak-anak kita seperti itu, membuat kita sukses menjadi orang tua dalam mendidik anak-anaknya. 

Lalu salahkah kalau kita sebagai orang tua punya mindset seperti ini? mindset kesuksesan seperti yang digambarkan diatas. Tiada yang salah dalam hal ini, namun mindset kesuksesan ini harus kita review kembali, kita set ulang dan kita perbaiki. Karena tentu kita sebagai muslim diperintahkan menjadi kaya, dan orang-orang kesuksesan seperti diatas lebih banyak memiliki follower daripada yang biasa saja. Tentunya ketika dia memiliki akhlak yang baik akan lebih mudah menyebar kebaikan dengan follower yang banyak, akan lebih mudah orang mengikutinya. Namun itu bila dia memiliki akhlak mulia. Tapi bila anak-anak yang sukses ini tidak dibarengi dengan pendidikan akhlak atau karakter yang baik maka jangan disangkal orang tua akan menyesal kelak di hari tuanya, seperti kisah-kisah diatas. 

Kita dapati saat ini di sekolah-sekolah formal, anak-anak kita lebih banyak memberikan penilaian akademik daripada penilaian karakter. Anak yang cerdas dan sukses adalah anak yang memilik nilai akademik tinggi bukan anak yang sopan santun, ramah, religius atau bukan anak yang berakhlak mulia. Malah kadang yang sangat menyedihkan kita dapati orangtua memaksakan anaknya untuk bisa masuk ke sekolah berprestasai atau sekolah elit atau sekolah yang terpandang dengan segala cara tanpa memperhatikan kemampuan dan kemauan anaknya. Atau juga pernah kita dapati dulu nilai hasil akhir sekolah anak ternyata bisa di up sehingga menjadi tinggi. Dan banyak orang tua terbawa arus ini hanya untuk menjaga imej anak dan orang tua agar menjadi anak hebat dan sukses tanpa memperdulikan bakat minat anak. 

Mari sama-sama merenungi diri kita sebagai orang tua. Disini saya mengambil judul "toxic parents", apa si sebenernya "toxic parents" itu, yang seperti apa dikatakan orang tua yang beracun? Atau jangan-jangan kita termasuk "toxic parents" seperti judul tulisan ini. Ayo sama-sama saya juga dan kita semua mencoba keluar dari julukan ini.

Kenapa saya ingin membahas tentang "toxic parents"? karena bagi saya ini sangat urgent, penting dan mendesak. Terutama untuk semua orang tua yang masih memiliki anak usia dini. Inilah waktunya inilah saatnya moment itu, disinilah seharusnya kita berusaha menjadi orang tua yang sejati. Bukan "toxic parents", yaitu orang tua yang meracuni pikiran anak-anaknya, membunuh karakter anak-anaknya, menghambat pertumbuhan mereka, mematikan imajinasi mereka dan melumpuhkan keberanian mereka anak-anak kita. Padahal semua itu sudah diinstal oleh sang Pencipta Allah SWT dengan kesempurnaan penciptaannya. Meskipun itu bila anak-anak yang dihadirkan untuk kita bukanlah anak-anak normal seperti biasanya. Mereka adalah manusia yang unik yang diciptakan sang Maha Karya itu dengan potensinya masing-masing, tidak ada yang sama satu sama lain dan tidak akan pernah tertukar. Begitu hebatnya Allah menciptakan manusia sebagaimana sidik jari manusia yang berbeda-beda.Maka kitalah seharusnya sebagai orang tua harus mau membuka diri dan belajar dari anak-anak kita. Hadirkan jiwa kita dihadapan mereka dengan sepenuh hati, meskipun kadang kita merasa tidak mampu atau merasa kesulitan, hadirkan itu dalam doa-doa kita agar Allah memberikan jalan kepada kita untuk  bisa menjadi orang tua yang sejati, orang tua yang dirindukan anak-anaknya. Bukan orang tua yang meracuni anak-anaknya dengan mindset-mindset yang keliru, menilai kesuksesan mereka dengan capaian kepandaian akademik anak-anak kita, membandingkan anak-anak kita dengan anak-anak lain yang sebaya. 
Bila kita pahami, Allah menciptakan makhluknya begitu bermacam rupa, dari hewan saja ada gajah, burung, buaya, kelinci, monyet dll, Kalau kita memikirkan hewan ini, adakah gajah mampu terbang bila kita ajarkan terbang? atau burung kita paksa berenang? kemudian coba kita ajarkan buaya menyemprot air, mampukah buaya seperti gajah menyemprot air? Apakah kelinci bisa kita ajarkan memanjat seperti monyet? dan hewan-hewan lain yang bisa menjadi perenungan kita. Bahwa ternyata semua makhluk itu adalah unik, tidak ada yang menyamai, semua punya potensinya masing-masing dan mereka juga punya caranya sendiri-sendiri dalam belajar. Semua itu hewan, namun mereka memiliki kemampuan yang berbeda dan semuanya sukses menjadi hewan sesuai fitrahnya. Tidak ada kelinci yang berenang, atau gajah yang terbang seperti burung, atau buaya yang memanjat seperti monyet. Tidak ada, semua dengan fitrahnya sendiri, begitupun kita dan anak-anak kita semuanya punya kecerdasannya masing-masing. Atau mungkin kita sendiri sebagai orang tua yang masih belum memahami diri kita sendiri? atau kita yang menghadirkan cita-cita kita kepada anak-anak kita? sehingga kita sebagai orang tua memaksakan kehendak pada anak-anak kita, meracuni pikiran mereka dengan kesuksesan-kesuksesan duniawi semata yang bukan keinginan mereka dan sang penciptanya.

Maka sebelum terlambat, mari kita bersama-sama mulai membuka diri dan banyak belajar untuk menjadi orang tua sejati. Orang tua yang mengerti dan memahami anak-anaknya, menunjukan jalan-jalan kesuksesan yang ditunjukan Allah SWT melalui Rasulullah SAW, yaitu tujuan utama kita adalah surgaNya Allah. Bukan duniawi semata yang semu dan materialis. Memunculkan potensi-potensi yang ada pada anak-anak kita dengan memberikan banyak titik-titik pengalaman kepada mereka, sehingga mereka memahami segala rupa keberagaman dunia. Sehingga imajinasi-imajinasi mereka berkembang pesat dan memunculkan karya-karya ajaib yang membantu dan memberi kebermanfaatan kepada manusia dan alam semesta kelak. Ciptakan petualangan-petualangan untuk anak-anak kita sesuai usianya sehingga jiwa-jiwa keberanian hadir membara di dada mereka. Karna kelak ketika mereka dewasa jiwa keberanian inilah yang akan membawa mereka mandiri dan bisa menolong sesama, mewujudkan Islam jaya rahmatan lilalamin di muka bumi ini. Stop berkata jangan kepada anak-anak usia dini, temani mereka, arahkan dan bimbing mereka dengan bahagia sehingga mereka tidak takut untuk mencoba, maka kelak mereka akan menjadi manusia yang penuh keyakinan dan percaya diri. Karena kelak anak-anak inilah yang akan memimpin peradaban ini, setelah kita tiada.  

Become a true parents not a toxic parents, so learn and do it for it parents


Sumber: 
Al Quran 
Al hadist
Webinar kak Adhi pazti
https://news.detik.com/berita; profil reynhard sinaga predator seks
https://www.liputan6.com/news reynhard sinaga pemerkosa ratusan pria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar