Rabu, 16 September 2020

Fokus Pada Pemecahan Masalah, Bukan Kesalahannya

 Kisah Rabu Seru

Oleh: Nurhalita Diny


Praaank....bunyi suara gelas pecah..."Ammpuuun deh, kan udah dibilangin berkali-kali minumnya duduk jangan berdiri, kamu denger gak ibu ngomong? denger gak si? makanya kalo orang tua ngomong tuh dengerin jangan ditutup kupingnya. Kenapa si sering banget udah dibilangin, dikerjain-dikerjain lagi. Lihat nih sekarang jadi berantakan, gelasnya pecahkan? kalau begini liat tuh kemana-mana, rumah udah rapi jadi lengket kan lantainya gara-gara susu tumpah. Ih capeee deh" Teriak ibu sambil terus aja mulutnya nyerocos karena marah sama ana yang menumpahkan susu di gelas yang dia bawa.

Ari pulang main, dia masuk rumah dan duduk di meja makan hendak mengambil bakwan dihadapannya, baru saja tangannya mau menyentuh bakwan, tiba-tiba......"Ariiiii kenapa duduk disini" Teriak ibu, "Itu makanan kakak Ayu jangan diambil, kebiasaan banget ni. udah dibilangin berapa kali jangan suka ngambil makanan orang, kan tadi pagi kamu udah ibu kasih, emang masih kurang aja" Ucap ibu lagi didepan kakak beradiknya yang lain. Ari bengong saja dengerin ibunya, kaget. 

Braaaaak,,,,Muli terjatuh ketika keluar kamar mandi karena terpeleset."Nah rasakan ya, sakit kan kalau sudah kepeleset" Nyinyir Kakak Mirna. "Makanya sudah dibilangin kalau dari kamar mandi kakinya gesek-gesek dulu di keset supaya kering, biar kalau sudah rasakan sakitnya besok-besok jadi gak diulangi lagi" tambah kakak Mirna sambil berlalu meninggalkan adiknya yang masih terjengkang dilantai. 

_____________________________________________

Sering kali mungkin kita mendengar seperti kejadian diatas atau setipe itulah yang intinya kita lebih mengedepankan kesalahan anak kita daripada memecahkan masalahnya. Kita sebagai orangtua atau orang dewasa kadang abai tentang bagaimana caranya menghentikan dari akibat yang ditimbulkan karena kesalahan yang sudah dilakukannya. Kadang kita lebih peduli kepada anak kita ketika dia melakukan kesalahan, sehingga ketika anak melakukan kesalahan kita akan marah besar seakan-akan mereka selama ini tidak mendengarkan apa yang kita katakan. Dan bisa jadi ini juga membuat kita kecewa karena mungkin kita merasa kebodohan entah diri kita atau anak-anak kita. 

Pada dialog diatas ada bentakan, teriakan, suara meninggi, keputusasaan dan yang jelas adalah aura marah dan kecewa kita tumpahkan kepada anak. Sesungguhnya ketika kita memahami lebih lanjut bahwa suara keras kepada anak-anak usia dini akan memutuskan syaraf-syaraf mereka. Dan bisa membuat mereka menjadi anak yang rendah diri, kurang aktif dan kreatif karena mereka merasa ketakutan melakukan sesuatu yang berbeda khawatir dianggap salah dan tentu dengan kesalahan itu sepertinya bagi mereka adalah seakan dunia berhenti, saya bodoh, saya tidak mampu, saya tidak pantas, saya buruk, memang saya ditakdirkan selalu salah dll yang membuat diri nya permisif rendah diri dan kehilangan kepercayaan dirinya. Atau perhatikan anak-anak kita kelak ketika mereka sudah mulai baligh atau dewasa apakah mereka pernah membentak kita sebagai orangtuanya ketika kita melakukan kesalahan atas apa yang telah kita sepakati sendiri? Bila iya bisa jadi itu adalah perilaku yang pernah kita tanamkan ketika mereka belia.  

ﻻ تغضب ولك الجنة = JANGAN MARAH, BAGIMU SURGA (hadist), ini ucapan Rosulullah kepada sahabatnya, dan ternyata penghuni surga itu adalah orang-orang yang berkata lemah lembut kepada orang lain. Mereka orang-orang yang dapat menahan amarahnya. Lalu bagaimana kita bisa menciptakan baiti jannati (rumah surgaku) bila kita sebagai orang tua dirumah membawa teriakan dan bentakan didalam rumah? 

Anak adalah seorang manusia yang memerlukan pengetahuan, mereka membutuhkan pendidikan untuk mengetahui kebenaran. Maka ketika mereka salah sesungguhnya mereka belajar dari kesalahan. Dan sudah sepatutnya juga kita memberikan ruang untuk mereka melakukan kesalahan. Karena sesungguhnya bila mereka selalu benar, maka ketika mereka melakukan kesalahan rasanya akan kesulitan untuk bangkit dan memperbaiki kesalahan tersebut. Sikap permisif lah yang akan muncul pada anak-anak yang selalu dituntut untuk benar dan dihukum yang tidak mendidik jika melakukan kesalahan. Hukuman yang tidak mendidik ini bisa jadi adalah ucapan-ucapan yang tidak sepatutnya keluar dari lisan orang tua atau orang dewasa disekitarnya. 

Saya pernah mendapatkan satu keluarga yang menginspirasi saya, disana mereka membuat proyek keluarganya, diberi nama tahun kesalahan. wow....ini kereeen sekali menurut saya,,,, jadi mereka menganggap its ok to do wrong, but you must say appologize, give up from your foult, take it action to solve that mistake. Gak masalah loh melakukan kesalahan, itu gak bodoh tapi mungkin karena kita tidak tahu. Dari proyek ini sekeluarga itu memahami bagaimana memanage kesalahan yang dilakukan menjadi kesuksesan. Dan kita tentu pernah mendengar cerita 25 Nabi, kisah para Nabi ini sesungguhnya mengajarkan bahwa manusia itu adalah tempat salah, dan tidak selalu benar, yang benar dan maksum kan hanya Rosulullah SAW. coba deh kita ingat-ingat kisah Nabi Yunus yang dimakan Paus besar, itu adalah karena Nabi Yunus meninggalkan kaumnya dan tidak mau berdakwah lagi, Nabi Yunus merasa kecewa karena mereka tidak mau mendengarkannya dan tidak mau beriman kepada Allah. Akhirnya Nabi Yunus berlari dari kaumnya, dan kita dapati itu adalah kesalahan, maka Nabi Yunus bertobat didalam Paus dengan dzikirnya yang terkenal (Laa ilaha Illa Anta, Subhanaka Inti Kuntu Minadzholimin) sehigga Allah mengampuni dosanya dan mengeluarkannya dari Paus. Begitupun kisah Nabi Adam dan Nabi-Nabi lainnya yang bisa menginspirasi kita bahwa manusia tidak luput dari salah, dan Allah menyukai orang-orang yang bertaubat (Al Baqarah: 222).

Bayangkan bila kita hanya fokus kepada kesalahan maka ini tidak akan selesai malah bisa membuat menjadi lebih fatal. Contohnya seperti kejadian diatas, anak terpeleset dan jatuh namun kita tidak segera menolongnya, bisa jadi anak akan terpeleset lagi karena lantainya masih licin dan bisa berakibat fatal terjedak kepalanya atau tanganya patah dll. Atau kejadian ketika anak memecahkan gelas, kemudian kita marah dan anak ingin cepat-cepat membantu ibu/ayahnya membersihkan malah kena pecahan beling dari gelas. dll, Maka sekali lagi ayo kita fokus kepada pemecahan masalahnya bukan dari kesalahan yang dilakukan anak. Kadang-kadang anak sendiri lupa dan mengulangi lagi kesalahan yang sama, karena demikianlah anak-anak tabiatnya seorang manusia adalah pelupa. 

Dan di negeri ini sesungguhnya sangat menyedihkan bagaiman kita bisa menyaksikan sendiri, ketika melihat orang lain jatuh teman disebelahnya malah menertawakan, padahal tentunya sakit akibat jatuh itu tapi apa yang didapatkan malah ejekan karena ketidakberdayaan atau kebodohan sehingga membuat dia terjatuh. Peribahasanya menyedihkan, Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Maka ini tugas besar kita sebagai orang tua merubah wajah generasi penerus bangsa ini kelak. Bahwa kesalahan bukanlah akhir dari dunia, justru kesalahan adalah kesuksesan yang tertunda. Dan anak-anak kita harus memiliki kesadaran ini. 

Lalu bagaimana si sebaiknya kita bertindak kepada anak kita yang melakukan kesalahan?

1. Buat kesepakatan kepada anak di rumah, ketika melakukan kesalahan ucapkan maaf dan ajak mereka mengakui kesalahannya. Orang tuapun sama-sama melakukan hal ini, berkata maaf kepada anak ketika orang tua salah. 

2. Tidak membentak dan berteriak ketika menegur anak terlebih ketika anak berada didepan saudara-saudaranya. Tahan amarah dan wajah yang buruk, (ingat hadist Rosulullah SAW, Laa Takhdof, falikul jannah/ Jangalah marah maka surga bagimu) tunggu anak mengucapkan maaf dan fokus pada penyelesaian masalahnya minta ia membereskan masalah yang terjadi akibat kesalahannya tersebut. Bantu anak bila mereka belum mampu melakukannya. Misalnya ketika dia menumpahkan air, ajarkan anak mengambil lap atau pel untuk mengeringkan bekas air yang tumpah tadi. Atau bila dia menyenggol wajan panas ketika ibu sedang memasak karena mungkin ia ingin ikut memasak, maka ajarkan ia mengambil obat luka bakar dan mengolesinya, dll. 

3. Tanyakan pengalaman apa yang dirasakannya ketika melakukan kesalahan tadi bisa ketika mau tidur ditempat tidur atau setelah sholat berjamaah sekeluarga. Dan sebaiknya seperti apa agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. 

4. Jangan bosan-bosan mengulang-ngulang tata tertib yang ingin kita terapkan kepada anak-anak, bila perlu ceritakan kisah orang-orang soleh atau dongeng perihal tata tertib dll akan karakter yang ingin kita tanamkan kepada anak kita. 

5. Doakan selalu anak-anak kita agar mereka dijauhi dari kesalahan-kesalahan besar dan memohon dimasukan kedalam orang-orang yang bertaubat. Serta minta selalu diberi kesabaran dalam mendidik mereka. 


Sumber:  

Al Quran dan Hadist

https://www.almanhaj.id

https://www.kompas.com/tren

Pengalaman pribadi dan teman




Tidak ada komentar:

Posting Komentar