KISAH RABU SERU
Oleh: Nurhalita Diny
“Jangan sekolahkan disana, di sekolah TK itu mah gak
diajaran baca berhitung, sekolah nya main terus , lihat saja deh yang keluar
dari sana banyak yang gak bisa baca” celetuk seorang ibu ketika membeli sayur
di abang pendorong sayur kepada ibu-ibu lain yang ada disana.
“Ibu cape Nak, baru
aja ibu pulang kerja, Ani bisa main
sendiri kan kemarin sudah ibu bawakan boneka dede bayi yang bisa nangis, itu
mahal lo Ni ibu belinya , baguskan bonekanya bisa nangis sendiri heheheh” Jawab
ibu ketika Ani minta ditemani bermain
"Ih Jimmi gak bisa diam amat si, lari-lari terus. Emang main apa si, udah si jangan main terus, ayah pusing lihatnya, ini aja mainan yang tadi belum diberesin , berantakan rumahnya. Duduk aja sini sambil nonton film seru nih" Kata Ayah Jimmi
Dialog diatas seringkali kita temukan yah ayahbunda, atau
mungkin kadang-kadang kita sendiri sebagai orang tua tidak sadar mengucapkannya.
Jujur nya kadang kita memang lelah, apalagi ayahbunda yang bekerja pastinya
ketika kembali ke rumah inginnya santai dan istirahat. Padahal kita sebenarnya
kerja juga untuk mereka, untuk memenuhi kebutuhan anak-anak kita. Tapi tahukah
ayahbunda ternyata setelah saya membaca literatur tentang bermain bagi anak. Bahwa
kebutuhan anak untuk bermain itu sama halnya dengan kebutuhan mereka dengan
makan dan minum. Malah kalau kita perhatikan ketika anak-anak asyik bermain
mereka melupakan makan dan minum, seakan tidak merasakan lapar dan tetap terus
bermain. Karena bermain itu mesti menyenangkan bagi mereka , membuat mereka selalu
ceria, gembira dan mengasyikan tentunya. Sesuatu yang mengasyikan mesti membuat
kita selalu senang dan nagih gak mau selesai dan ingin terus berlanjut. Ini
sama dengan yang anak-anak rasakan dengan kenikmatan ketika bermain.
Terus dengan siapa sebenarnya anak-anak suka bermain? Apakah
dengan anak-anak sebaya atau tidak? Tapi ternyata anak saya tidak suka bermain
tuh dengan teman-temannya, anak saya malu jadi gak mau main, senengnya dirumah
saja main sendirian. Hhhmmm…apa iya begitu? Mari kita kulik lagi yuk ayahbunda
kenapa ya ada anak tidak suka bermain, padahal mereka naluri dan fitrahnya
adalah bermain.
Ayahbunda atau orang tua adalah orang yang paling utama bagi
anak-anak kita. Maka dengan kita lah yang terbaik mereka bermain. Anak butuh
orang-orang didekatnya yang mereka percaya tidak akan menyakiti mereka. Makanya
ketika anak-anak ingin bermain, mesti yang pertama kali diajak main adalah kita
orang tuanya atau orang terdekatnya. Namun kalau kita tidak pernah mengajak
anak-anak kita bermain bagaimana mereka dapat merasakan seru dan asyiknya
bermain. Jika kita terlalu lama mengabaikan anak-anak kita dan tidak mau
bermain bersama mereka. Akhirnya anak-anak mencari sesuatu yang membuat
menyenangkan buat mereka, entah teman diluar atau bisa juga bila mereka tidak
mendapatkannya dan kita mengenalkan gadget yang selalu update, maka jadilah
gadget ini teman mereka yang menyenangkan dan tidak membosankan. Bersama
gadget, anak-anak jadi anteng dan tidak merepotkan, namun jelas sangat
berbahaya buat anak-anak bila terus-terusan terpapar gadget.
Saya pernah ikut kelas parenting dalam satu komunitas,
disana kami para ibu diminta melakukan banyak aktifitas-aktifitas membersamai
anandanya . Dan intinya kita bermain bersama, kita menjadi teman yang
mengasyikan untuk anak-anak kita. Dan tentunya mereka akan nagih, minta lagi
dan minta lagi bermain dengan kita. Tanyakan pada diri kita pernahkah anak-anak
kita meminta kita bermain atau menemaninya? Jika pernah bergembiralah berarti
anak-anak masih membutuhkan kita dekat dengan mereka, namun jika tidak pernah
maka kita harus ekstra mendekati mereka lagi agar mereka mau main bersama
dengan kita. Karena masa anak-anak ini sangat sebentar ayahbunda, sebelum
anak-anak kita usia baligh yaitu kira-kira baligh usia 11 tahun, selesai lah
anak-anak dengan kita orang tua, seorang dewasa bertanggung jawab pada dirinya
sendiri, disaat itulah kita bisa melihat bagaimana sikap mereka kepada kita? Apakah
mereka masih membutuhkan kita dalam setiap sukaduka mereka. Ataukah mereka
membutuhkan kita hanya ketika mereka butuh uang? Mari kita renungi bersama kelak
anak-anak kita dewasa, karena yang kita tanam adalah yang kita tuai. Dan apa
yang kita dapatkan itu sesuai dengan pengorbanan yang kita berikan. Bila kita
ingin anak-anak sukses dunia akhirat, mari kita siapkan waktu bersama dengan
anak-anak kita, yang utama adalah quality time, bukan quantity time. Tidak
semua orang tua yang bekerja itu abai dengan anak-anaknya, namun ternyata
banyak juga ibu rumah tangga yang waktunya tidak penuh kualitas ketika bersama
dengan anak-anaknya.
Kemudian apa gunanya main bagi anak-anak, bukankah itu waktu
yang sia-sia? Nah inilah ayahbunda, ternyata menurut penelitian, main itu
sangat bermanfaat untuk anak-anak usia dini. Karena ketika anak bermain semua
aspek perkembangan anak akan terstimulus secara tidak sadar. Maka itu lah
seorang guru TK membuat permainan yang terstruktur, yang sudah dirancang
sedemikian rupa agar semua indikator-indikator yang dibutuhkan anak untuk di
stimulus bisa diperoleh oleh anak sesuai dengan tahapan-tahapan usianya, tidak
terlalu sulit namun tidak terlalu mudah untuk anak-anak.
Apa si sebenarnya manfaat main untuk anak? Ini menurut
ahlinya (Achroni,2012: 16),
a.
Dengan bermain anak mendapatkan kegembiraan, hal
ini menjadikan emosi positif yang diperlukan untuk perkembangan anak-anak kita.
Anak-anak juga tidak mudah stress sehingga meningkatkan sistem imun tubuh
mereka karena anak memiliki kesehatan fisik dan mentalnya
b.
Mengembangkan kecerdasan intelektual Hal ini
karena dengan bermain dan mengeksplorasi lingkungan sekitar anak dapat belajar
tentang bentuk, warna, suara, tekstur, fenomena alam, dunia satwa, dunia flora,
suhu, cahaya dan sebagainya
c.
Mengembangkan kemampuan motorik halus anak,
yaitu koordinasi antara mata dan otot tubuh sehingga anak akan lebih mudah
untuk menulis dan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kecermatan tangan,
kaki dan matanya. Misalnya ketika anak bermain peran menjadi seorang ibu, dia
melakukan cuci piring, baju dll hal itu dapat menguatkan jemari tangan mereka
kelak bisa digunakan untuk menulis
d.
Mengembangkan kemampuan motorik kasar anak
Motorik kasar, gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi
antara anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar sebagian atau seluruh
anggota tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat, merangkat, dan mengayunkan
tangan. Sehingga anak memiliki fisik yang kuat dan sehat.
e.
Meningkatkan kemampuan anak untuk
berkonsentrasi Sejumlah permainan menuntut anak untuk berkonsentrasi penuh
ketika memainkannya.
f.
Meningkatkan kemampuan anak untuk memecahkan
masalah
g.
Mendorong spontanitas pada anak
h.
Mengembangkan kemampuan sosial anak Dalam
permainan yang dilakukan bersamasama, anak-anak belajar bersosialisasi dengan
teman-teman sepermainan.
i.
Sebagai media mengekspresikan diri dengan lebih
leluasa.
Di Islam sendiri
Rosulullah sangat memperhatikan pentingnya main ini untuk anak, meskipun
itu ketika kita sedang sholat. Kita bisa
lihat hadist-hadist Rasulullah dibawah ini
“Wahai
Rasulullah, Engkau sangat memperlama sujud, sehingga kami mengira terjadi
sesuatu pada Engkau. ‘Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya anak saya naik ke atas
saya. Maka saya tidak ingin mempercepat (sujud) sampai ia menyelesaikan
keinginannya.”
“Siapa yang memiliki anak hendaklah bermain bersamanya.”
“siapa yang menggembirakan hati anaknya,
maka ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau untuk
menyenangkan hatinya, maka ia bagaikan mengangis karena takut pada Allah.”
MasyaAllah begitu besar penghargaan Rosulullah kepada anak-anak. Beliau
memaklumi masa-masa mereka adalah masa bermain.
Ayahbunda setelah kita sama-sama memahami manfaat main untuk
anak dan pentingnya kita membersamai anak-anak kita, untuk itu yuk kita
sama-sama mencoba hal-hal apa yang bisa kita usahakan ketika bermain bersama
anak-anak kita agar yang kita lakukan bermakna.
1. 1. Hadirkan seluruh jiwa dan raga kita sehingga
anak merasakan bahwa kita sebagai orang tua hadir untuk mereka. Namun kadang
banyak juga mereka bersama namun tidak ada tautan hati antara anak dan orang
tuanya, tidak ada ruh kasih sayang diantara mereka
2. Bermain bersama, bergembira dan sedih bersama. Jadilah kita teman untuk anak-anak kita
3. Luangkan waktu khusus meskipun itu hanya satu jam kita bersama anak-anak namun hadir sempurna jiwa raga di waktu itu dan lakukan secara continue
4. Tanyakan kepada anak-anak kita apa yang mereka inginkan ketika bersama dengan kita, hargai pendapat anak-anak kita dan usahakan untuk bisa mewujudkannya.
5. Buat schedule dan list kegiatan yang bisa dan ingin dilakukan bersama dengan anak-anak kita setelah kita berdiskusi dengan mereka.
Semoga Allah memudahkan kita untuk bisa membersamai anak-anak kita dengan cinta dan bahagia
Give Quality Time For Our Children With Love and happinesSumber:
Al-Quran dan Hadist
Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang, BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd Staf Pengajar Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY
Pengalaman pribadi
S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar