Rabu, 30 September 2020

AYO MAIN AYAHBUNDA

KISAH RABU SERU

Oleh: Nurhalita Diny

Zaid main kereta angka

“Jangan sekolahkan disana, di sekolah TK itu mah gak diajaran baca berhitung, sekolah nya main terus , lihat saja deh yang keluar dari sana banyak yang gak bisa baca” celetuk seorang ibu ketika membeli sayur di abang pendorong sayur kepada ibu-ibu lain yang ada disana.

 “Ibu cape Nak, baru aja ibu pulang kerja,  Ani bisa main sendiri kan kemarin sudah ibu bawakan boneka dede bayi yang bisa nangis, itu mahal lo Ni ibu belinya , baguskan bonekanya bisa nangis sendiri heheheh” Jawab ibu ketika Ani minta ditemani bermain

"Ih Jimmi gak bisa diam amat si, lari-lari terus. Emang main apa si, udah si jangan main terus, ayah pusing lihatnya, ini aja mainan yang tadi belum diberesin , berantakan rumahnya.  Duduk aja sini sambil nonton film seru nih"  Kata Ayah Jimmi

Dialog diatas seringkali kita temukan yah ayahbunda, atau mungkin kadang-kadang kita sendiri sebagai orang tua tidak sadar mengucapkannya. Jujur nya kadang kita memang lelah, apalagi ayahbunda yang bekerja pastinya ketika kembali ke rumah inginnya santai dan istirahat. Padahal kita sebenarnya kerja juga untuk mereka, untuk memenuhi kebutuhan anak-anak kita. Tapi tahukah ayahbunda ternyata setelah saya membaca literatur tentang bermain bagi anak. Bahwa kebutuhan anak untuk bermain itu sama halnya dengan kebutuhan mereka dengan makan dan minum. Malah kalau kita perhatikan ketika anak-anak asyik bermain mereka melupakan makan dan minum, seakan tidak merasakan lapar dan tetap terus bermain. Karena bermain itu mesti menyenangkan bagi mereka , membuat mereka selalu ceria, gembira dan mengasyikan tentunya. Sesuatu yang mengasyikan mesti membuat kita selalu senang dan nagih gak mau selesai dan ingin terus berlanjut. Ini sama dengan yang anak-anak rasakan dengan kenikmatan ketika bermain.

Terus dengan siapa sebenarnya anak-anak suka bermain? Apakah dengan anak-anak sebaya atau tidak? Tapi ternyata anak saya tidak suka bermain tuh dengan teman-temannya, anak saya malu jadi gak mau main, senengnya dirumah saja main sendirian. Hhhmmm…apa iya begitu? Mari kita kulik lagi yuk ayahbunda kenapa ya ada anak tidak suka bermain, padahal mereka naluri dan fitrahnya adalah bermain.

Ayahbunda atau orang tua adalah orang yang paling utama bagi anak-anak kita. Maka dengan kita lah yang terbaik mereka bermain. Anak butuh orang-orang didekatnya yang mereka percaya tidak akan menyakiti mereka. Makanya ketika anak-anak ingin bermain, mesti yang pertama kali diajak main adalah kita orang tuanya atau orang terdekatnya. Namun kalau kita tidak pernah mengajak anak-anak kita bermain bagaimana mereka dapat merasakan seru dan asyiknya bermain. Jika kita terlalu lama mengabaikan anak-anak kita dan tidak mau bermain bersama mereka. Akhirnya anak-anak mencari sesuatu yang membuat menyenangkan buat mereka, entah teman diluar atau bisa juga bila mereka tidak mendapatkannya dan kita mengenalkan gadget yang selalu update, maka jadilah gadget ini teman mereka yang menyenangkan dan tidak membosankan. Bersama gadget, anak-anak jadi anteng dan tidak merepotkan, namun jelas sangat berbahaya buat anak-anak bila terus-terusan terpapar gadget.

Saya pernah ikut kelas parenting dalam satu komunitas, disana kami para ibu diminta melakukan banyak aktifitas-aktifitas membersamai anandanya . Dan intinya kita bermain bersama, kita menjadi teman yang mengasyikan untuk anak-anak kita. Dan tentunya mereka akan nagih, minta lagi dan minta lagi bermain dengan kita. Tanyakan pada diri kita pernahkah anak-anak kita meminta kita bermain atau menemaninya? Jika pernah bergembiralah berarti anak-anak masih membutuhkan kita dekat dengan mereka, namun jika tidak pernah maka kita harus ekstra mendekati mereka lagi agar mereka mau main bersama dengan kita. Karena masa anak-anak ini sangat sebentar ayahbunda, sebelum anak-anak kita usia baligh yaitu kira-kira baligh usia 11 tahun, selesai lah anak-anak dengan kita orang tua, seorang dewasa bertanggung jawab pada dirinya sendiri, disaat itulah kita bisa melihat bagaimana sikap mereka kepada kita? Apakah mereka masih membutuhkan kita dalam setiap sukaduka mereka. Ataukah mereka membutuhkan kita hanya ketika mereka butuh uang? Mari kita renungi bersama kelak anak-anak kita dewasa, karena yang kita tanam adalah yang kita tuai. Dan apa yang kita dapatkan itu sesuai dengan pengorbanan yang kita berikan. Bila kita ingin anak-anak sukses dunia akhirat, mari kita siapkan waktu bersama dengan anak-anak kita, yang utama adalah quality time, bukan quantity time. Tidak semua orang tua yang bekerja itu abai dengan anak-anaknya, namun ternyata banyak juga ibu rumah tangga yang waktunya tidak penuh kualitas ketika bersama dengan anak-anaknya.

Kemudian apa gunanya main bagi anak-anak, bukankah itu waktu yang sia-sia? Nah inilah ayahbunda, ternyata menurut penelitian, main itu sangat bermanfaat untuk anak-anak usia dini. Karena ketika anak bermain semua aspek perkembangan anak akan terstimulus secara tidak sadar. Maka itu lah seorang guru TK membuat permainan yang terstruktur, yang sudah dirancang sedemikian rupa agar semua indikator-indikator yang dibutuhkan anak untuk di stimulus bisa diperoleh oleh anak sesuai dengan tahapan-tahapan usianya, tidak terlalu sulit namun tidak terlalu mudah untuk anak-anak.

Apa si sebenarnya manfaat main untuk anak? Ini menurut ahlinya (Achroni,2012: 16),

a.       Dengan bermain anak mendapatkan kegembiraan, hal ini menjadikan emosi positif yang diperlukan untuk perkembangan anak-anak kita. Anak-anak juga tidak mudah stress sehingga meningkatkan sistem imun tubuh mereka karena anak memiliki kesehatan fisik dan mentalnya

b.      Mengembangkan kecerdasan intelektual Hal ini karena dengan bermain dan mengeksplorasi lingkungan sekitar anak dapat belajar tentang bentuk, warna, suara, tekstur, fenomena alam, dunia satwa, dunia flora, suhu, cahaya dan sebagainya

c.       Mengembangkan kemampuan motorik halus anak, yaitu koordinasi antara mata dan otot tubuh sehingga anak akan lebih mudah untuk menulis dan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kecermatan tangan, kaki dan matanya. Misalnya ketika anak bermain peran menjadi seorang ibu, dia melakukan cuci piring, baju dll hal itu dapat menguatkan jemari tangan mereka kelak bisa digunakan untuk menulis

d.      Mengembangkan kemampuan motorik kasar anak Motorik kasar, gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antara anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat, merangkat, dan mengayunkan tangan. Sehingga anak memiliki fisik yang kuat dan sehat.

e.       Meningkatkan kemampuan anak untuk berkonsentrasi Sejumlah permainan menuntut anak untuk berkonsentrasi penuh ketika memainkannya.

f.        Meningkatkan kemampuan anak untuk memecahkan masalah

g.       Mendorong spontanitas pada anak

h.       Mengembangkan kemampuan sosial anak Dalam permainan yang dilakukan bersamasama, anak-anak belajar bersosialisasi dengan teman-teman sepermainan.

i.         Sebagai media mengekspresikan diri dengan lebih leluasa.

Di Islam sendiri  Rosulullah sangat memperhatikan pentingnya main ini untuk anak, meskipun itu ketika kita sedang sholat.  Kita bisa lihat hadist-hadist Rasulullah dibawah ini

“Wahai Rasulullah, Engkau sangat memperlama sujud, sehingga kami mengira terjadi sesuatu pada Engkau. ‘Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya anak saya naik ke atas saya. Maka saya tidak ingin mempercepat (sujud) sampai ia menyelesaikan keinginannya.”

 “Siapa yang memiliki anak hendaklah bermain bersamanya.” 

 “siapa yang menggembirakan hati anaknya, maka ia bagaikan memerdekakan hamba sahaya. Siapa yang bergurau untuk menyenangkan hatinya, maka ia bagaikan mengangis karena takut pada Allah.”

MasyaAllah begitu besar penghargaan Rosulullah kepada anak-anak. Beliau memaklumi masa-masa mereka adalah masa bermain.

Ayahbunda setelah kita sama-sama memahami manfaat main untuk anak dan pentingnya kita membersamai anak-anak kita, untuk itu yuk kita sama-sama mencoba hal-hal apa yang bisa kita usahakan ketika bermain bersama anak-anak kita agar yang kita lakukan bermakna.

1.       1. Hadirkan seluruh jiwa dan raga kita sehingga anak merasakan bahwa kita sebagai orang tua hadir untuk mereka. Namun kadang banyak juga mereka bersama namun tidak ada tautan hati antara anak dan orang tuanya, tidak ada ruh kasih sayang diantara mereka

2.  Bermain bersama, bergembira dan sedih bersama. Jadilah kita teman untuk anak-anak kita

3. Luangkan waktu khusus meskipun itu hanya satu jam kita bersama anak-anak namun hadir sempurna jiwa raga di waktu itu dan lakukan secara continue

4. Tanyakan kepada anak-anak kita apa yang mereka inginkan ketika bersama dengan kita, hargai pendapat anak-anak kita dan usahakan untuk bisa mewujudkannya.

5. Buat schedule dan list kegiatan yang bisa dan ingin dilakukan bersama dengan anak-anak kita setelah kita berdiskusi dengan mereka. 

Semoga Allah memudahkan kita untuk bisa membersamai anak-anak kita dengan cinta dan bahagia

Give Quality Time For Our Children With Love and happines

Sumber: 

Al-Quran dan Hadist

Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang, BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd Staf Pengajar Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY

Pengalaman pribadi

 

 



S



 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar