Kisah Rabu Seru
Oleh: Nurhalita Diny
"Ef tolong buatin Abi Jus!" Kata Ayahnya meminta Ef membuatkan jus. Dan dengan wajah dan bahasa tubuh yang kurang enak, Ef pun keluar kamar. Sambil grasa grusu mencari-cari blender untuk membuat jus.
"Jus apa? Ef bertanya pada ayahnya dengan suara ketus dan wajah yang kesal namun posisi dia jauh dari ayahnya. Saya yang kebetulan didekatnya menegurnya dengan hati-hati namun penuh penekanan, "Abang bertanya yang baik kan bisa? biasa aja nada bertanyanya, apalagi sama orang tua, kan abang udah tahu gak boleh begitu" Ef diam saja ketika saya tegur, tapi tetep dengan wajah cemberutnya. Dan keadaan seperti ini sering hadir, saya sering mendapatinya kesulitan mengungkapkan perasaannya. Kesulitan berkomunikasi dengan baik, santun, ramah dan menyenangkan kepada orang lain yang dia ajak bicara. Terutama berkomunikasi kepada orang yang lebih tua darinya.
Ini mesti menjadi PR buat saya, anak saya yang satu ini memang sangat berbeda dengan yang lainnya untuk hal komunikasi. Setiap anak memang unik, dan saya sadar betul bahwa Ef ini memang kurang suka berbicara, dia lebih suka bergelut dengan hatinya. Pernah saya membuka buka lagi hasil tes psikologinya waktu itu, Dan akhirnya saya pun harus membukanya lagi saat ini untuk lebih dapat memahami karakternya, saya dapati bahwa Ef ini cerdas di intrapersonal, kecerdasan yang berhubungan dengan dirinya sendiri, dapat memahami kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral. Dan saya pun menemukan Kemudian saya harus mencari-cari sebaiknya bagaimana saya bersikap agar bisa masuk pada Ef ini. Dan saya temukan dari tes kepribadiannya sanguinis dan kholeris, namun kok saya dapati semakin kesini Ef ini kalau melakukan sesuatu maunya sempurna. Dia lebih cenderung tidak bisa marah, karena mungkin sebenarnya dia suka damai. Menurut Aisyah Dahlan setiap manusia biasanya memiliki dua kepribadian. Saya pun mencoba mempelajari lagi karakter dan watak manusia, paling pas saya ulang lagi dengerin youtube nya Aisha Dahlan. Entahlah meskipun saya greget dan bingung hasilnya watak Ef ini, karena yang saya dapati saat ini Ef adalah melankolik dan plegmatik. Akhirnya saya hanya berusaha menyimpulkan yang saat ini saya dapati. Ditambah lagi tadi kakaknya nyeletuk ketika saya sibuk mencari-cari hasil tes psikologi mereka, bahwa katanya, "watak itu dinamis bisa berubah-rubah", bisa jadi dulu waktu kecil tes wataknya ini namun ketika dia besar tes wataknya beda lagi. Wallahualam... yang pasti saya ambil kesimpulan watak inilah yang saya dapati pada Ef saat ini, agar saya bisa mengambil sikap yang tepat padanya. Saya pun mulai merubah sikap ketika menegurnya, saya mulai memujinya dulu kemudian baru mengingatkannya, kemudian saya juga mencoba berdialog dengan membuat pertanyaan-pertanyaan, apakah baik seperti itu? dll..Dan lagi-lagi saya pun harus menguatkan bonding kepadanya. Mungkin mulai kendur karena saya harus berbagi dengan tiga anak lainnya.
Mengapa saya begitu gregetan ingin mengetahui watak anak saya ini? karena saya merasa sangat penting untuk dapat berkomunikasi dengan nyaman kepada Ef, saya tidak mau Ef merasa kesulitan dengan saya dan begitupun sebaliknya. Saya pun ingin dapat mendidiknya menjadi orang yang luwes dalam berkomunikasi. Namun yang penting bagi saya adalah karena saya ingin menjadi ibu yang memahami watak anaknya. Agar dengan pemahaman yang baik ini, dia akan nyaman ketika saya menegurnya, ngobrol dan memujinya. Saya berharap apa yang saya katakan tidak menjadi bumerang untuknya. Dulu waktu saya seusianya, masa-masa ABG kata orang-orang. Saya merasakan masa-masa ini cukup membingungkan, saya merasa kesulitan mengungkapkan perasaan dan komunikasi yang baik dengan orang lain, terutama dengan orang tua. Pada masa-masa itu energi dan keingintahuan kita begitu besar dan ditambah satu sisi mungkin orang tua mulai tarik ulur dengan kepercayaan. Karena lingkungan yang tampak diluar bahwa remaja adalah masa-masa pencarian jati diri, unjuk gigi dan akhirnya terkesan binal. Ditambah lagi bisa jadi karena memang saya adalah orang yang tidak kuat di komunikasi verbal. Watak ini bisa jadi menurun kepada Ef anak saya.
Kemudian akhirnya saya mencoba menarik lagi jauh kebelakang, masa-masa saat Ef ini usia dini, yaitu 0-9 tahun. Saya intropeksi diri, bisa jadi ada stimulus-stimulus yang terlewati, yang seharusnya Ef mendapatkannya dengan baik. Mengapa begitu penting stimulus-stimulus di usia dini ini? Karena ini terbawa hingga ia dewasa. Membentuknya menjadi manusia yang baik atau yang buruk. Mengapa begitu? Karena nilai-nilai yang didapatkan anak ketika kecil itulah sebenarnya nilai-nilai yang dia bawah sampai besar. Nilai-nilai apakah yang kita berikan kepada anak kita? apakah nilai-nilai karakter yang baik atau buruk? Di keluarga kami, ada karakter prinsip yang wajib bagi seluruh anggota keluarga. Bila hilang akan sangat fatal akibatnya, karena ini berbanding lurus dengan keimanan seseorang kepada Tuhannya, Allah SWT. Karakter prinsip ini adalah karakter kejujuran. Seandainya mereka tidak mengamalkan karakter ini itu pastinya kegagalan bagi saya dan suami sebagai orang tua mereka. Makanya kadang kita dapati kok ada orang yang memakai tanah jalan ya untuk membuka warung atau garasi mobilnya tanpa izin dengan warga sekitarnya padahal jalanan depan rumahnya itu bukan tanahnya atau fasilitas umum, sehingga tentu mengganggu mobilitas jalan orang yang melalui jalan tersebut, dia memakai tanah itu untuk kepentingannya sendiri. Saya rasa ini adalah kesalahan nilai yang ditanamkan kepadanya sejak kecil dan bisa jadi kelak anaknya pun melakukan yang sama dengan orang tuanya.
Saya teringat ketika itu pengawas sekolah kami mengatakan bahwa dia mengulangi beberapa stimulus-stimulus usia dini itu itu kepada anaknya yang sudah usia SMA. ..."WOW" itu yang terbesit di otak saya, "kereeen,,," bathin saya. Beliau mengatakan bahwa dulu beliau belum mendapatkan ilmunya sehingga mendapati anaknya kurang memiliki karakter-karakter yang baik ketika besar. Beliau mengulangi stimulus stimulus merangkak, bermain pasir2an, bermain balok, bermain playdough dll kepada anaknya.
Mungkin kita akan malu sendiri dan merasa ini buang-buang waktu, namun ternyata saya temui ketika membaca salah satu buku tentang motorik, disana tertulis bahwa banyak kenakalan-kenakalan remaja adalah karena stimulus-stimulus motorik yang belum tuntas diberikan kepada mereka ketika mereka di usia dini. Pada anak-anak yang kesulitan mengenali bentuk huruf, terbolak-balik membacanya atau bisa juga mengarah pada disleksia, itu bisa jadi sebenarnya karena stimulus-stimulus pada motorik anak tentang menentukan arah jalan seperti maju mundur, kanan kiri ini kurang diperhatikan kita sebagai pendidik, yaitu orang tua atau guru.
Walhasil PR ini membuat saya terus berpikir dan belajar sebagai orang tua agar bisa membersamai anak-anaknya dengan baik. Sambil terus saya mencoba dengan teori-teori yang saya pelajari tersebut. Dan tentunya berdoa pada Zat yang menciptakan mereka. Akh... Begtiu mudahnya sesungguhnya ketika Dia berkehendak. Meskipun saya sadari, saat ini adalah masa-masa labil Ef dalam hidupnya. Kami memberi ruang padanya menikmati masa itu dengan membuka peluang menjadi temannya. Mencoba mengasah dan membersamainya dengan menunjukan dan membuka titik-titik pengalaman baru kepadanya. Mengajaknya melakukan hal-hal kesukaannya, membuat project, menyediakan buku-buku menarik kesukaannya karena Ef suka membaca dan mendorongnya berkarya dengan tulisan-tulisannya.. Alhamdulillah nya Ef ini meskipun kesulitan dalam berkomunikasi verbal, namun bagus dalam menulis dan merangkai kata-kata menjadi sebuah cerita dan tulisan yang menarik dan enak dibaca. Saya berharap ini bisa menuangkan perasaan dan pikirannya dengan baik dalam tulisan-tulisan ceritanya. Sehingga perlahan kontrol emosinya menjadi stabil dan dia akan menemukan sendiri manajemen emosi nya dan bentuk komunikasi yang paling nyaman untuk dirinya sendiri kepada orang lain. Semoga.... aamiinyra
Sumber
Pengalaman pribadi
Buku Tuntas Motorik; Ani Christina
https://www.youtube.com/Aisha Dahlan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar